[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Bank Indonesia (BI) memproyeksi ekonomi global pada 2020 anjlok hingga minus 2,2 persen. Hal ini karena beberapa negara mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif pada kuartal I 2020 akibat penyebaran virus corona.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjabarkan pertumbuhan ekonomi China, Eropa, Jepang, Singapura, dan Filipina terkontraksi pada kuartal I 2020. Sementara, ekonomi Amerika Serikat (AS) hanya tumbuh 0,3 persen.
“Perkembangan April 2020 menunjukkan risiko resesi ekonomi global tetap besar tercermin pada kontraksi berbagai indikator dini seperti sektor manufaktur dan jasa, serta keyakinan konsumen dan bisnis,” papar Perry dalam video conference.
Kontraksi yang terjadi di sektor manufaktur hingga jasa membuat volume perdagangan di global juga tercatat minus. Artinya, permintaan di global tak tumbuh sepanjang kuartal I 2020.
“Perkembangan ini mengakibatkan volume perdagangan dunia mengalami kontraksi,” imbuhnya.
Ditambah, mayoritas harga komoditas merosot beberapa waktu terakhir. Hal ini khususnya terjadi pada harga minyak mentah dunia yang sempat tercatat minus karena jumlah pasokan yang berlebih.
“Dengan proyeksi kontraksi ekonomi berlanjut sampai dengan kuartal III 2020 maka BI memprakirakan ekonomi global 2020 mencatat pertumbuhan negatif 2,2 persen,” jelas Perry.
Ia meramalkan ekonomi dunia mulai bangkit (rebound) pada 2021 mendatang. Tak tanggung-tanggung, Perry optimistis ekonomi global bisa melesat hingga ke level 5 persen pada tahun depan.
“Pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan kembali meningkat pada 2021 menjadi 5,2 persen didorong dampak positif kebijakan yang ditempuh oleh banyak negara dan faktor base effect,” pungkas Perry.(cnn)
Discussion about this post