[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id– Kontrak minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni anjlok lebih dari 18 persen menjadi US$20,43 per barel. Penurunan ini terjadi karena harga minyak mentah AS anjlok hingga minus US$37,63 per barel untuk kontrak pengiriman Mei.
Penurunan terbesar ini terjadi pertama kali dalam sejarah karena kelebihan pasokan minyak di tengah pandemi virus corona yang melanda negara-negara di dunia.
Dikutip dari Antara, Selasa (21/4), minyak mentah berjangka WTI untuk pengiriman Mei merosot US$55,9 atau lebih dari 305 persen ke level minus US$37,63 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sebelum penutupan, harga tersebut bahkan sempat menyentuh titik terendah sepanjang masa, yakni minus US$40,32 per barel.
Berdasarkan Dow Jones Market Data, harga minyak negatif menyiratkan bahwa produsen akan membayar pembeli untuk mengambil minyak dari tangan mereka. Ini menandai pertama kalinya kontrak berjangka minyak diperdagangkan negatif dalam sejarah. Kontrak Mei sendiri akan habis dan berakhir hari ini.
Patokan global, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni turun U$2,51 atau sekitar sembilan persen menjadi US$25,57 dolar di London ICE Futures Exchange. Penurunan Brent tidak sederas WTI, karena lebih banyak tempat penyimpanan tersedia di seluruh dunia.
Para analis melihat pedagang akan bergegas untuk membongkar posisi mereka menjelang berakhirnya kontrak yang berkontribusi pada penurunan bersejarah.
“Kami menghubungkan pelemahan harga WTI dengan berakhirnya kontrak Mei besok dan volume perdagangan rendah yang menyertainya,” kata Giovanni Staunovo, Analis Komoditas di UBS Global Wealth Management.
Staunovo juga melihat permintaan yang lebih lemah karena penyebaran covid-19, termasuk potensi kelebihan pasokan sebagai masalah terparah.
“Penurunan lebih banyak dalam kontrak berjangka yang likuid cair mencerminkan masalah yang lebih luas yang kita miliki di pasar minyak, kelebihan pasokan parah di kuartal kedua,” jelasnya.
Permintaan minyak global diperkirakan turun dengan rekor 9,3 juta barel per hari (bph) tahun ke tahun pada 2020. Hal ini disampaikan oleh Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan dalam laporan bulanannya yang baru dirilis.
“Dampak dari tindakan penguncian wilayah (lockdown) di 187 negara dan wilayah telah membuat mobilitas hampir terhenti,” kata IEA, menambahkan permintaan pada April diperkirakan 29 juta barel per hari lebih rendah dari tahun lalu.
Ketika miliaran orang di seluruh dunia tinggal di rumah untuk memperlambat penyebaran virus corona baru, permintaan fisik untuk minyak mentah telah mengering, menciptakan kelebihan pasokan global.(cnn)
Discussion about this post