KeuanganNegara.id– Harga minyak mentah dunia menguat di sepanjang pekan lalu. Penguatan dipicu oleh ekspektasi meredanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Dilansir dari Reuters, Senin (2/9), harga minyak mentah berjangka Brent pekan lalu menguat 1,8 persen menjadi US$60,43 per barel. Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar 1,7 persen menjadi US$55,1 per barel.
Pada Jumat (30/8) lalu, Kementerian Luar Negeri China menyatakan perwakilan negosiasi perdagangan AS-China menjaga komunikasi yang efektif. Sebelumnya, harga minyak dunia telah merosot sekitar 20 persen sejak menyentuh level tertingginya pada April 2019 lalu. Kemerosotan itu akibat kekhawatiran terhadap perang dagang AS-China yang berisiko menekan perekonomian global dan permintaan minyak.
Baker Hughes mencatat perusahaan energi AS memangkas 12 rig pengeboran minyak menjadi 724 rig, terendah sejak Januari 2018, pada pekan yang berakhir pada 30 Agustus 2019. Penurunan terjadi selama 9 bulan berturut-turut. Secara bulanan, pada Agustus lalu, harga Brent merosot 7,3 persen dan WTI turun sekitar 6 persen.
Harga minyak WTI sempat tertekan pada perdagangan Jumat, akhir pekan lalu, karena ancaman Badai Topan Dorian di pesisir Florida, AS.
“Model terkini menunjukkan Badai Topan Doroan menghindari Teluk Meksiko, namun menyapu area Florida sehingga akan lebih mengganggu sisi permintaan pada padar energi dari pada menimbulkan gangguan pasokan,” tutur Partner Again Capital John Kilduff di New York.
Selanjutnya, Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) mencatat produksi minyak mentah AS merosot 33 ribu barel per hari (bph) menjadi 12,08 juta bph pada Juni lalu. Penurunan tersebut terjadi selama dua bulan berturut-turut.
Sebagai catatan, jumlah rig pengeboran dapat menjadi indikator produksi di masa mendatang.
Sementara itu, survei Reuters menemukan produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) naik 80 ribu bph pada Agustus lalu. Kenaikan itu merupakan yang pertama untuk tahun ini.
Pada Desember 2018 lalu, OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, sepakat memangkas produksi minyak sebesar 1,2 juta bph.
Pada Agustus lalu, produksi minyak Rusia sedikit di atas level yang disepakati dengan OPEC. Namun, seperti pernyataan Menteri Energi Rusia Alexander Novak yang dikutip dari kantor berita RIA dan Interfax, Rusia tetap berkeinginan untuk mematuhi kesepakatan tersebut.
Akhir pekan lalu, Komisi Perdagangan Komoditi Berjangka AS (CFTC) melaporkan manajer keuangan memangkas posisi beli bersih pada kontrak berjangka dan opsi minyak mentah sebesar 20.049 kontrak menjadi 197.055 kontrak pada pekan yang berakhir pada 27 Agustus 2019.
Lebih lanjut, survei analis Reuters memangkas proyeksi rata-rata harga Brent menjadi US$65,02 per barel pada 2019, terendah dalam 16 bulan terakhir. Hal itu dipicu oleh melemahnya permintaan minyak global akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi dan perang dagang. (cnn)
Discussion about this post