[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id– Bank Indonesia (BI) optimistis koordinasi bank sentral dengan kabinet baru Presiden Joko Widodo (Jokowi) dapat mempercepat laju ekonomi Indonesia menembus 5,3 persen pada 2020.
“Insyaallah ini akan semakin erat, kuat, dan akan memberikan suatu dorongan bagi kinerja ekonomi kita yang lebih baik,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Kompleks BI, Jumat (25/10).
Sebagai catatan, rata-rata ekonomi Indonesia terjebak di kisaran 5 persen dalam beberapa tahun terakhir, meski trennya cenderung meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi hanya tumbuh 4,79 persen pada 2015.
Lalu, berada di posisi 5,02 persen pada 2016. Kemudian, naik menjadi 5,07 persen di 2017 dan 5,17 persen di 2018. Sementara per semester I 2019, ekonomi berada di angka 5,06 persen.
Sebenarnya, sambung Perry, koordinasi antara kebijakan moneter, makroprudensial dan fiskal selama ini terus terjalin. Koordinasi itu membantu transformasi ekonomi untuk mendorong berbagai industri mulai dari manufaktur, pariwisata, digital ekonomi dan keuangan.
Dari sisi bank sentral, misalnya, melakukan pelonggaran likuiditas maupun makroprudensial. Sementara, pemerintah memberikan stimulus ekonomi melalui peningkatan belanja.
“Kemarin, Ibu Sri Mulyani bilang defisit meningkat kurang lebih 2 hingga 2 persen (dari PDB) karena memang ibu menteri (Sri Mulyani) ingin mendorong perekonomian,” jelasnya.
Tak ayal, risiko pelebaran defisit itu tak membuat Perry khawatir.
“Ingat walau defisit tinggi tapi kami melihat sama dengan yang disampaikan Kementerian Keuangan, defisit masih terkendali rendah dan prinsip prudensial masih tetap dijaga,” ujarnya
Selain pertumbuhan ekonomi yang tinggi, Perry juga meyakini inflasi tahun depan akan terkendali. Tak hanya itu, defisit transaksi berjalan juga akan dijaga di kisaran 2,5-3 persen dari PDB. (cnn)
Discussion about this post