KeuanganNegara.id– Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat luas lahan gagal panen akibat kekeringan (puso) selama periode Januari-Juli 2019 mencapai 31.000 hektare (ha). Luasan itu setara dengan 0,32 persen dari total luas lahan tanam padi yang tercatat sebesar 9,46 juta ha.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi mengungkapkan luasan lahan puso tahun ini meningkat. Tahun lalu, luasan lahan puso sekitar 26.000 hingga 28.000 ha. Adapun rata-rata lahan puso selama 5 tahun terakhir mencapai 28.000 ha.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi mengatakan sebanyak 6 daerah mengalami gagal panen terbesar yaitu Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Pendataan yang kami lakukan sekitar 3.000 ha pasti di lokasi-lokasi yang daerah irigasinya memang di beberapa tempat dilakukan perbaikan, pengeringan, sehingga enggak bisa ditanam,” ujar Suwandi di Kantor Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Jakarta, Senin (12/8).
Untuk mengantisipasi gagal panen, pemerintah telah menyiapkan upaya mitigasi. Misalnya, untuk lahan padi gogo yang siap tanam dipasang pompa air. Selain itu, sumur dangkal dengan kedalaman 5 meter juga diberikan pompa agar air bisa naik dan bisa menanam tanaman padi gogo.
Sebagai catatan, padi gogo adalah jenis padi yang bisa ditanam di lahan kering.
“Jadi 2019 ini terobosan baru mau nanam padi gogo di sawah hampir 50rb Ha. Kami ikuti perkembangannya selama dua bulan ini ya, Agustus sampai September,” tuturnya.
Meski lahan puso meluas stok beras dalam negeri tidak terganggu. Pasalnya, masalah kekeringan di pulau Jawa dapat diatasi oleh pihaknya dengan cara menanam tanaman di daerah rawa yang airnya surut.
Dengan kerangka sampel area (KSA) Badan Pusat Statitistik (BPS) memperkirakan luas panen selama Januari-September mencapai 8,99 juta hektare (ha). Jika dikonversi, luasan panen tersebut dapat memproduksi 46,9 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 26,91 juta ton beras.
Sementara, kebutuhan konsumsi selama periode yang sama mencapai 22,28 juta ton.
“Jadi, kalau dihitung produksi dikurangi konsumsi, Januari sampai September ini surplus (beras) sekitar 4,6 juta ton,” paparnya. (cnn)
Discussion about this post