[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution masih percaya diri bila pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 5,1 persen pada akhir tahun ini. Padahal, Bank Dunia baru saja memangkas proyeksi laju ekonomi menjadi 5 persen pada 2019.
Darmin mengatakan kepercayaan diri ia sampaikan karena pertumbuhan bukan hanya didapat dari komponen ekspor dan investasi saja, seperti beberapa negara tetangga, Malaysia serta Thailand.
Indonesia, katanya, justru memiliki kekuatan sendiri dari dalam negeri berbentuk populasi penduduk yang mencapai 260 juta. Kekuatan tersebut bisa mendorong kekuatan konsumsi rumah tangga supaya bisa tetap menopang pertumbuhan ekonomi.
Kekuatan tersebut tak dimiliki negara tetangga karena jumlah populasinya tak sebanyak Indonesia. Malaysia dan Thailand hanya bisa mengharapkan pertumbuhan ekonomi mereka pada ekspor yang kebetulan belakangan ini sedang mendapatkan tekanan dari perlambatan ekonomi global.
“Ekonomi kita kan lebih banyak disokong oleh domestik karena ekspor impor kita itu porsinya tidak seperti Malaysia atau Thailand. Porsi ekspornya belum terlalu tinggi, jadi kalau pun kena pengaruh, tidak sebesar negara lain yang kena pengaruh,” jelasnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (14/10).
Di sisi lain, ia mengklaim perekonomian Indonesia tak akan mandek di 5 persen karena pemerintah tengah menyiapkan sejumlah perubahan besar dalam sektor perizinan. Perubahan dilakukan untuk mengundang lebih banyak aliran investasi ke dalam negeri, sehingga turut menopang perekonomian.
“Kami kan sedang melakukan perombakan macam-macam kebijakan,” katanya.
Lebih lanjut, ia memperkirakan cepat atau lambat kondisi ekonomi global akan mulai membaik seiring dengan munculnya kesadaran dari Amerika Serikat dan China terhadap perang dagang. Meski, hal ini tak serta merta membuat kondisi ekonomi global akan membaik dalam waktu singkat.
“Kalau tekanan global iya (masih ada), tapi saya lihat China dan Amerika mulai kapok mereka (dengan perang dagang),” katanya.
Sebelumnya, Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia hanya tumbuh sekitar 5 persen pada tahun ini karena kondisi eksternal yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi. Khususnya karena perang dagang AS dan China.
Perang dagang AS-China akan mempengaruhi permintaan dan penawaran di pasar global. Akibatnya, kinerja ekspor dan impor Indonesia ikut tertekan.
Tak hanya perang dagang, konflik geopolitik terkait keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Britania Exit/Brexit) juga turut mengancam pertumbuhan ekonomi. Dalam beberapa waktu terakhir, ancaman resesi ekonomi pun berhembus.
“Perekonomian global tengah dipenuhi ketidakpastian. Itulah alasan kenapa kami mengubah prediksi dari April lalu,” ungkap Kepala Ekonom Bank Dunia di Indonesia Frederico Gil Sander.
Sementara untuk 2020, Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh di angka 5,1 persen. Lalu, tumbuh 5,2 persen pada 2021.
Alasannya, tingkat inflasi Indonesia rendah sehingga konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap kuat. Pada September 2019, Indonesia justru mengalami deflasi sebesar 0,27 persen. Angka ini lebih kecil dibandingkan inflasi Agustus sebesar 0,12 persen.
Selain itu, ia meyakini stimulus fiskal yang digelontorkan pemerintah kepada sektor swasta mulai terlihat dampaknya tahun depan. Berbagai insentif fiskal tersebut diyakini dapat menggenjot pertumbuhan investasi. (cnn)
Discussion about this post