[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id- Kementerian ESDM mencatat penghematan devisa melalui program B20 mencapai US$2,37 miliar hingga kuartal III 2019. Jumlah itu mewakili 56,9 persen dari target penghematan yang dipatok pemerintah sebesar US$5,5 miliar per tahun.
“Pemanfaatan biodiesel dalam negeri sampai dengan kuartal III 2019 menghemat devisa sekitar US$2,37 miliar atau Rp35,58 triliun (mengacu kurs Rp15 ribu),” ucap Menteri ESDM Arifin Tasrif di Komisi VII DPR.
B20 merupakan campuran biodiesel yang terbuat dari minyak kelapa sawit sebanyak 20 persen dengan solar. Aturan tentang B20 tertuang dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 41 Tahun 2018 yang diundangkan dan berlaku pada 24 Agustus 2018.
Arifin menuturkan volume produksi B20 pada periode yang sama mencapai 6,26 juta kiloliter (kl). Volume itu setara 84,94 persen dari target produksi 7,37 juta kl di 2019. Pada 2018, pemerintah berhasil memproduksi B20 sebanyak 6,16 juta kl. Akan tetapi, belum sepenuhnya produksi B20 tersebut dimanfaatkan.
Lihat juga: Wamen BUMN Dorong Pertamina Gencar Kembangkan Bisnis EBT
“Pemanfaatan biodiesel dalam negeri sampai dengan kuartal III 2019 sebesar 4,63 juta kilo liter,” katanya.
Sebelumnya, mantan Menko Perekonomian Darmin Nasution memperkirakan penghematan devisa dari program B20 tahun 2019 tak akan tercapai. Darmin memproyeksi penghematan devisa hanya akan mencapai US$3,4 miliar.
Darmin beralasan tak terpenuhinya target karena penyesuaian harga minyak solar di pasar dunia. Maklum saja, perlambatan ekonomi membuat harga komoditas ikut turun naik di pasar internasional, termasuk untuk komoditas minyak mentah.
“Ya itu tergantung harga solarnya berapa, yang namanya penghematan itu kan jumlah FAME yang digunakan diganti solar, solar yang tidak jadi diimpor, jadi tergantung harga solar saat ada pergantian itu juga,” ujar Darmin. (cnn)
Discussion about this post