KeuanganNegara.id- Mimpi pemerintah menciptakan gerakan non tunai atau cashless society sudah di depan mata. Tren ini makin berkembang karena penyedia layanan dompet digital menawarkan segudang diskon, mulai dari potongan harga jajan hingga layanan jasa. Menggiurkan, bukan?
Bagi Anda, konsumen, tentu sangat menguntungkan karena dimanja oleh layanan mudah dan ‘murah’ yang ditawarkan dompet digital. Apalagi, jumlah pemainnya boleh dibilang tidak sedikit, baik uang elektronik berbasis kartu maupun berbasis server. Sebut saja, Ovo, Gopay, Dana, LinkAja, Sakuku, dan lain sebagainya.
Perencana Keuangan Tatadana Consulting Tejasari Assad menuturkan banjir diskon dari penyedia jasa pembayaran digital bisa menopang gaya hidup hemat masyarakat. Misal, memanfaatkan makan siang sesuai promo yang ditawarkan masing-masing penyedia dompet digital.
Tak cuma itu, tawaran diskon dompet digital bahkan merambah ke toko-toko offline dan online untuk kebutuhan sandang, seperti pakaian, sepatu, dan tas. “Tinggal disesuaikan saja, makan diskonnya 60 persen, di sana buy one get one, mana yang lebih untung, bisa hemat kan,” ujarnya.
Namun, patut diingat, jangan sampai Anda terjebak sifat konsumtif hanya karena perkara diskon. “Jangan mentang-mentang ada diskon, lalu pengeluaran makan di luar jadi setiap hari. Itu bisa bikin buntung juga,” ungkapnya.
Karenanya, semudah dan semurah apapun tawaran dompet digital, Tejasari menyarankan masyarakat untuk bijak menggunakan dompet digital. Caranya dengan memilih dompet digital yang memberi keuntungan maksimal.
Ia mencontohkan memilih dompet digital yang terintegrasi dengan penawaran diskon transportasi online, bila Anda tidak menggunakan kendaraan pribadi. Atau, memilih khusus layanan antar dan pengiriman barang, hingga layanan diskon khusus jajan.
Anda juga disarankan menghindari menyebar terlalu banyak uang di berbagai dompet digital. Untuk menentukan dompet digital favorit, Anda bisa melihat dari promo yang ditawarkan dan kemudahan bertransaksi.
Di sisi lain, pakar keamanan siber dari Vaksin.com Alfons Tanujaya bilang pembatasan saldo perlu dilakukan karena penggunaan pembayaran digital tak lepas dari risiko pembobolan akun dan pencurian dana. Toh, kasus semacam ini kerap terjadi di salah satu aplikasi pembayaran digital.Antara lain, kerja sama dengan merchant yang paling banyak, tawaran diskon segudang, tawaran transfer dana tanpa biaya, termasuk bebas biaya administrasi acap kali Anda melakukan isi ulang saldo.
Atau, Anda bisa membagi beberapa dompet digital khusus untuk transaksi transportasi online yang disesuaikan dengan frekuensi penggunaan per minggu atau per bulan. Dan, dompet digital lain untuk kebutuhan makan. “Jadi, uang yang dimasukkan ke dompet digital tidak perlu terlalu besar,” kata Tejasari.
Senada, Perencana Keuangan dari OneShildt Financial Planning Agustina Fitria Aryani mengingatkan agar saldo di aplikasi pembayaran digital tidak terlalu banyak guna meminimalisir sifat konsumtif. Maklum, saldo yang berlimpah bukan tidak mungkin membuat penggunanya tergiur, apalagi jika tawaran diskonnya banyak bertebaran.
“Asal bisa membedakan, mana yang benar-benar keperluan, kebutuhan, dan hanya keinginan semata. Kalau memang bisa dapat diskon, bisa jadi cara lain untuk berhemat dan menabung,” jelasnya.
Sebab, metode ini membuat pengguna tidak perlu repot memasukkan nomor rekening pengguna yang dituju. Mekanisme ini bisa saja dimanfaatkan oknum tak bertanggung jawab dengan cara mengirimkan kode verifikasi melalui pesan singkat yang kemudian disalahgunakan.
“Kalau saya minta kamu transfer ke saya Rp1 juta, saya kasih nomor rekening, nama bank. Kamu harus daftarkan dulu nomor rekening, lalu waktu transfer akan minta OTP One Time Password (bisa token bisa SMS). Jadi ada cross check,” terang dia. “Kalau QR Code, nasabah hanya mendapatkan satu kali konfirmasi apakah benar mau transfer ke nama ini? Tanpa OTP, tanpa daftar rekening/token. Kalau langsung masukkan PIN ya sudah jalan,” imbuh dia. (cnn)
Discussion about this post