[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id– PT Bank Mandiri (Persero) Tbk meraup laba bersih Rp20,3 triliun pada kuartal III 2019, atau tumbuh 11,9 persen secara tahunan. Kenaikan laba bersih terpantau turun dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 20 persen.
Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan raihan laba bersih ditopang pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 8,9 persen dari Rp40,43 triliun menjadi Rp43,94 triliun.
“Pertumbuhan laba bersih tidak lepas dari pendapatan bunga bersih dan cara kami mengelola biaya operasional yang efisien, perbaikan kualitas kredit sehingga menurunkan biaya kredit,” katanya.
Kenaikan pendapatan bunga bersih ditopang pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 7,8 persen dari Rp781,1 triliun menjadi Rp841,9 triliun. Penyaluran kredit ditopang oleh dua segmen utama yakni kredit korporasi dan ritel terutama kredit mikro dan konsumer.
Tercatat, kredit segmen korporasi sebesar 7,6 persen dari Rp 305,2 triliun menjadi Rp327,7 triliun. Sedangkan penyaluran kredit segmen mikro tumbuh 19,4 persen dari Rp97,5 triliun menjadi Rp116,4 triliun dan konsumer tumbuh 4,1 persen dari Rp85 triliun menjadi Rp88,5 triliun.
Akan tetapi, kenaikan kredit lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang tercatat sebesar 13,6 persen. Hery mengakui terjadi perlambatan pertumbuhan kredit, terutama dari sektor konsumer dan kredit korporasi. Jika pada kuartal ini dua segmen penopang kredit Bank Mandiri hanya mampu tumbuh satu digit, maka tahun lalu kreditnya bisa tumbuh dua digit.
Selain itu, perseroan juga mengalihkan kredit dari yang risiko tinggi ke risiko rendah. Imbasnya, bank berlogo pita emas ini merevisi turun target pertumbuhan kredit dari 12 persen-13 persen menjadi hanya 8 persen – 9 persen.
“Pertumbuhan kredit kami dari yang berisiko tinggi seperti di komersial. Kami ingin fokus tidak hanya dari sisi pertumbuhan volume tapi juga menjaga dari segi kualitas,” katanya.
Strategi tersebut berhasil menekan rasio kredit bermasalah (NPL) bank pelat merah ini dari 3,01 persen jadi 2,53 persen.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan angka NPL itu merupakan yang terendah sejak kuartal III 2015. Perbaikan ini membuat perseroan dapat menurunkan biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar 6,27 persen.
“Jadi perbaikan NPL di Bank Mandiri sudah bagus dan berjalan sesuai track-nya,” ujarnya.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7,22 persen dari Rp831,2 triliun menjadi Rp891,2 triliun. Pertumbuhan DPK khususnya berasal dari dana murah (Current Account and Savings Account/CASA) yang tumbuh menjadi Rp567,5 triliun.
Berkat kinerja itu, aset perseroan tumbuh 8,69 persen dari Rp1.173,6 triliun menjadi Rp1.275,7 triliun. (cnn)
Discussion about this post