KeuanganNegara.id– Aliran kredit perbankan di China melambat pada Juli 2019, seiring dengan melemahnya pertumbuhan jumlah uang beredar Negeri Tirai Bambu tersebut.
Padahal, Pemerintah China telah berusaha mendongkrak pertumbuhan kredit perbankan, bersamaan dengan itu biaya kredit pun diturunkan, terutama untuk pengusaha kecil dan sektor swasta.
Sayangnya, permintaan kredit tetap lemah, di samping karena faktor musiman setelah peningkatan pada bulan sebelumnya.
Analis memperkirakan perlambatan pertumbuhan kredit perbankan tak terlepas dari daya beli masyarakat yang lemah dan dampak perang dagang AS-China yang semakin tajam. Diketahui, AS dan China belum mencapai kesepakatan damai mengenai perdagangan.
“Perlambatan pertumbuhan kredit lebih dalam dari yang diperkirakan,” ujar Luo Yunfeng, Analis Merchant Securities di Beijing, seperti dilansir dari Reuters, Senin (12/8).
Proyeksi sejumlah analis, aliran kredit bank-bank di China turun dari 1,66 triliun yuan pada Juni 2019 menjadi hanya 1,25 triliun pada Juli 2019. Sementara, People’s Bank of China (PBoC), bank sentral China, memperkirakan perlambatan kredit pada Juli lebih dalam lagi, yakni 1,06 triliun yuan.
Menurut analis, bank-bank di China memang biasanya memberikan kredit lebih sedikit pada Juli, setelah peningkatan jor-joran pada bulan sebelumnya. Namun, itu pun masih tetap lebih rendah dari ekspektasi para analis. Bahkan, lebih rendah dari Juli 2018 lalu yang sebesar 1,45 triliun yuan.
Tidak cuma memberi kelonggaran bagi bank, analis menyebut Pemerintah China bahkan mendorong pemerintah di daerah untuk lebih getol menerbitkan surat utang untuk mengebut pengeluaran infrastruktur dan meningkatkan daya beli masyarakat. Beri Kelonggaran Kredit konsumsi, yang sebagian besar mengalir ke pembiayaan rumah, turun dari 671,7 miliar yuan pada Juni menjadi hanya 511,2 miliar pada Juli. Sementara, kredit korporasi rontok dari 910,5 miliar yuan menjadi hanya 297,4 miliar yuan.
Namun demikian, pasokan uang beredar, termasuk simpanan masyarakat di bank, naik 8,1 persen dibanding periode tahun sebelumnya. Tetapi realisasi itu pun masih di bawah perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters, yang sebesar 8,4 persen.
Pemerintah China sendiri disebut telah memberikan sejumlah kelonggaran bagi bank-bank untuk menyalurkan kredit. Salah satunya, syarat pencadangan, demi menggenjot kredit.
“Perlambatan (kredit) terbaru menyoroti perlunya pelonggaran moneter lebih lanjut jika pembuat kebijakan ingin mengangkat pertumbuhan,” tutur Julian Evans-Pritchard, Ekonom Senior Capital Economics, dalam laporannya.
Namun, sayangnya, pemerintah daerah mengklaim kuota mereka untuk merilis obligasi sudah habis. Sementara, Capital Economics melansir, penerbitan obligasi pemerintah di China mulai menurun. (cnn)
Discussion about this post