[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id- Kinerja ekspornonmigas Indonesia ke China mengalami penurunan pada September 2019, meski masih tetap menjadi negara tujuan ekspor terbesar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor nonmigas ke China pada periode Januari-September 2019 tercatat sebesar US$18,35 miliar. Angka itu menurun dari nilai ekspor periode yang sama tahun sebelumnya US$18,53 miliar.
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menyebutkan perekonomian global sedang mengalami ketidakpastian dan hal itu berpengaruh pada kondisi ekonomi Indonesia.
“Kita dihadapkan dengan negara tujuan utama ekspor seperti China, AS, dan Jepang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, sehingga permintaan berkurang. ditambah harga komoditas yang terus berfluktuasi,” papar Suhariyanto.
Secara total, ekspor Indonesia ke China menurun. Penyusutan ekspor juga menyebar hampir ke seluruh negara tujuan. Komoditas utama yang diekspor ke China pada periode tersebut adalah batubara, minyak kelapa sawit, dan lignit.
Berdasarkan pangsa pasar periode Januari-September 2019, nilai ekspor nonmigas China tercatat masih paling tinggi dibanding negara-negara lain, yakni dengan porsi 15,99 persen dari total ekspor Indonesia. Berada di urutan kedua ialah Amerika Serikat (AS) sebesar US$13 miliar (11,3 persen), dan Jepang di peringkat ketiga dengan nilai ekspor US$10,23 miliar (8,92 persen).
India US$8,46 miliar (7,38 persen), Singapura US$6,9 miliar (6,02 persen), Malaysia US$5,6 miliar (4,9 persen), Korea Selatan US$4,6 miliar (4 persen), Thailand US$4,1 miliar (3,6 persen), Taiwan US$2,9 miliar (2,52 persen), dan Belanda US$2,2 miliar (1,97 persen).
Dalam perhitungan bulanan, ekspor nonmigas Indonesia ke China pada September 2019 tercatat sebesar US$2,4 miliar. Sedangkan, nilai ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang masing-masing mencapai US$1,48 miliar, dan US$1,13 miliar.
Secara umum, neraca perdagangan Indonesia periode Januari-September 2019 defisit mencapai US$1,95 miliar. Realisasi defisit ini lebih rendah ketimbang periode Januari-September 2019 yang masih mencapai US$3,78 miliar.
Suhariyanto mengatakan defisit perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai US$14,1 miliar, sementara impor mencapai US$14,26 miliar. Kinerja ekspor turun persen dari bulan sebelumnya, sedangkan impor melorot lebih dalam 8,53 persen dari Agustus 2019. (cnn)
Discussion about this post