[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang UMKM Suryani Motik Kadin Indonesia menilai kondisi ekonomi Indonesia tengah dalam kondisi genting akibat pandemi virus Corona atau Covid-19. Ia memperkirakan industri hanya mampu bertahan 2 bulan ke depan seiring dengan pasokan impor yang tersendat.
Saat ini, kata Suryani, kebanyakan industri yang bahan bakunya kebanyakan diimpor dari luar negeri. Berbagai upaya pembatasan sejumlah negara akibat pandemi ini akhirnya mengganggu rantai pasok bahan baku industri.
Suryani menyebutkan, rata-rata pengusaha di dalam negeri paling banter punya 2-3 bulan arus kasnya. “Kalau ini sudah berjalan 1,5 bulan mungkin rata-rata usianya bertahan 2 bulan lagi, kalau UMKM yang hidupnya harian dan mingguan banyak yang sudah collapse,” katanya.
Jika rantai pasok dalam negeri tak segera diperkuat dan ketergantungan atas bahan baku impor masih tinggi, nasib UMKM bakal semakin berat. Bahkan dari hitungannya, PHK diramalkan sudah mencapai 10 juta orang, atau lebih dari data 2-3 juta pekerja yang terkena PHK saat ini.
Suryani mencontohkan industri makanan dan minuman cukup dalam terhantam kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Selain itu, sistem pembayaran ikut terdampak karena pasarnya tidak ada. Ia pun memperkirakan transaksi elektronik seperti Gopay, OVO, dan LinkAja menurun.
Terkendalanya industri penerbangan ikut berdampak pada sektor lainnya, seperti UMKM perikanan yang tidak bisa mengekspor produknya atau mengirim ke daerah lain. “Jadi memang kelihatannya cara berpikirnya semua jalan masing-masing. Kalau industri UMKM tidak ditolong, kalau industri lainnya seperti perikanan tidak ditolong, lay off akan semakin banyak sekali,” kata Suryani.
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) sebelumnya menyampaikan kondisi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sangat mengkhawatirkan pada pandemi virus corona atau Covid-19.
Ketua Umum API Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengatakan sejak dua pekan lalu, jumlah tenaga kerja yang dirumahkan dari industri TPT telah mencapai 80 persen atau 2,1 juta pekerja. “Market kita habis, baik untuk ekspor maupun lokal, anggota kami sudah menutup industrinya,” kata dia saat rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR-RI, Senin, 27 April 2020.
Selain pengurangan tenaga kerja, kata Jemmy industri tekstil juga mengalami pengurangan utilisasi hingga 90 persen dan volume produksi capai 85 persen.(msn)
Discussion about this post