[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Pemerintah menargetkan kontribusi sektor pertaniankepada pertumbuhan ekonomimeningkat sebesar 1 persen-1,5 persen. Saat ini, sektor pertanian memberikan kontribusi 1 persen kepada pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan kontribusi sektor pertanian diyakini bisa mengerek angka pertumbuhan ekonomi. Deputi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdalifah Machmud mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, sektor pertanian menjadi kontributor terbesar kedua terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) setelah industri pengolahan.
Tercatat, per Februari 2019 sektor pertanian menyumbang 13,57 persen dari total PDB. Posisinya tepat berada setelah industri pengolahan yang menyumbang sekitar 19,52 persen terhadap PDB.
Sementara itu, serapan tenaga kerja sektor pertanian mencapai 29,64 persen dari seluruh angkatan kerja.
Selain itu, untuk mendorong produktivitas petani maka pemerintah juga akan mendorong industrialisasi sektor pertanian. Ini sejalan dengan visi misi Presiden Joko Widodo (Jokowi) yaitu transformasi ekonomi berbasis Sumber Daya Alam (SDA) menjadi manufaktur.”Jadi beda tipis, kalau dinaikkan 1 persen-1,5 persen (kontribusi ke pertumbuhan ekonomi) pertanian akan menjadi kontributor terbesar apalagi didukung dengan teknologi,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro menuturkan pemerintah akan mendorong produktivitas petani dengan memperluas model inti plasma. Selama ini, model inti plasma tersebut baru dikembangkan pada komoditas sawit dan kakao.
Untuk diketahui, konsep inti plasma adalah kerja sama kemitraan antara perkebunan besar sebagai inti dan perkebunan rakyat di sekitarnya sebagai plasma.
“Model inti plasma yang sudah jalan di sawit kami harapkan bisa direplikasikan dengan komoditas lain, termasuk komoditas pangan dan hortikultura,” ujarnya.
“Kalau begitu maka petani juga harus meningkatkan produksinya sehingga bisa menjadi input kepada manufaktur. Jangan sampai kami kembangkan industri pertanian tapi inputnya impor,” ucapnya.
Ia menuturkan pihaknya akan mempertemukan dunia usaha dengan kalangan peneliti sehingga inovasi teknologi sektor pertanian sesuai dengan kebutuhan pasar. Ia menilai inovasi teknologi yang diciptakan oleh peneliti belum sesuai dengan kebutuhan pasar sehingga sulit dikembangkan.
“Selama ini inovasi selalu missing karena mereka (peneliti) belum perhitungkan biaya, apakah prototype penelitian lebih murah dan efisien dibandingkan produk impor,” katanya. (cnn)
Discussion about this post