KeuanganNegara.id- Nilai tukar rupiah tercatat di posisi Rp14.228 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Selasa (3/9) sore. Posisi tersebut melemah 0,24 persen dibanding penutupan Senin (2/9) yang di Rp14.194 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.217 per dolar AS atau melemah dibanding kemarin yakni Rp14.190 per dolar AS. Pada hari ini, rupiah berada di dalam rentang Rp14.216 hingga Rp14.232 per dolar AS.
Sore hari ini, mayoritas mata uang utama Asia melemah terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong melemah 0,02 persen, yuan China melemah 0,09 persen, baht Thailand melemah 0,15 persen, dan dolar Singapura melemah 0,16 persen.
Kemudian, peso Filipina melemah 0,31 persen, ringgit Malaysia melemah 0,38 persen, won Korea Selatan melemah 0,41 persen, dan rupee India melemah 1,21 persen. Di sisi lain, hanya yen Jepang saja yang menguat terhadap dolar AS yakni 0,17 persen.
Mata uang negara maju juga melemah terhadap dolar AS, seperti euro sebesar 0,19 persen dan poundsterling Inggris sebesar 0,35 persen. Sementara itu, dolar Australia menguat 0,15 persen terhadap dolar AS.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pelemahan rupiah hari ini masih disebabkan oleh perang dagang antara AS dan China. Per 1 September 2019, AS mulai mengenakan tarif 15 persen terhadap impor China. Hal itu pun kemudian dibalas China dengan mengenakan tarif balasan.
Hanya saja, China kemudian menggugat AS ke World Trade Organization (WTO) atas tarif AS. Gugatan tersebut adalah laporan ketiga yang diajukan China untuk menantang tarif khusus AS di WTO, organisasi internasional yang membatasi tarif yang diizinkan untuk dibebankan oleh masing-masing negara.
China memang tidak merinci gugatan tersebut. Namun, tarif AS yang mempengaruhi impor China senilai US$300 miliar melanggar konsensus yang dicapai oleh para pemimpin China dan AS dalam pertemuan di Osaka, Jepang.
“Kementerian Perdagangan China mengatakan dalam pernyataan itu bahwa China akan mempertahankan hak-hak hukumnya sesuai dengan aturan WTO,” jelas Ibrahim, Selasa (3/9).
Lebih lanjut, fokus pelaku pasar juga tertuju pada Inggris, di mana parlemen Inggris bersiap memberikan suara tahap pertama untuk memblokir Perdana Menteri Boris Johnson dari no-deal Brexit. No-deal Brexit adalah proses cerainya Inggris dari Uni Eropa tanpa kompensasi apa pun.
“Oposisi Johnson akan mengajukan pemungutan suara agar memungkinkan mereka mengambil alih agenda parlemen pada hari Rabu. Mereka mencoba mengesahkan undang-undang yang memaksa Johnson untuk mencari penundaan tiga bulan untuk keluar dari Uni Eropa,” tutur dia. (cnn)
Discussion about this post