KeuanganNegara.id– Sejumlah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menyampaikan laporan keuangan semester I 2019. Beberapa emiten berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih.
Tapi, ada juga lainnya yang justru membukukan kerugian. Analis Paramitra Alfa Sekuritas Evan Fajrin mengatakan kinerja perusahaan pada semester I 2019 sudah sesuai dengan prediksi pasar.
Di tengah perlambatan ekonomi global yang menekan laju ekonomi domestik, ia menyebut emiten harus berupaya ekstra menghasilkan laba. Maka, tak heran jika sejumlah emiten mencatat perlambatan pertumbuhan laba.
“Pasar merespon netral terhadap laporan keuangan emiten, (investor) lebih fokus kepada sentimen luar negeri,” katanya.
Dari sejumlah laporan keuangan, ia menyoroti kinerja PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES). Perseroan berhasil mengantongi pertumbuhan laba sebesar 11,34 persen dari Rp426 miliar menjadi Rp474,33 miliar.
Kenaikan laba ditopang dari pertumbuhan penjualan sebesar 17,15 persen dari Rp3,38 triliun menjadi Rp3,96 triliun. Dengan demikian, baik laba maupun penjualan berhasil tumbuh dua digit.
Pertumbuhan penjualan, lanjutnya, dipicu operasional 33 gerai baru sepanjang 2018.
“Jika secara laporan keuangan Ace Hardware menjadi pilihan menarik,” ujarnya.
Kinerja keuangan perseroan yang cukup apik, membuat sahamnya pun menarik. Mengutip RTI Infokom, saham Ace Hardware ditutup pada Rp1.715 per saham, turun 2,28 persen pada perdagangan Jumat (2/8). Meski turun, namun sejak awal tahun sahamnya berhasil naik 13,57 persen.
Secara teknikal, saham Ace Hardware menunjukkan tren kenaikan lantaran telah masuk jenuh jual (over sold). Sahamnya juga terbilang masih murah (under value). Dengan kondisi tersebut, ia merekomendasikan investor mengoleksi saham Ace Hardware.
“Diprediksi saham Ace Hardware bergerak di rentang support Rp1.480 dan resistance Rp1.720 dalam jangka pendek,” katanya. Kinerja Ace Hardware diproyeksi makin kinclong pada paruh kedua 2019. Pasalnya, ada momentum Natal dan tahun baru yang diyakini mendongkrak penjualan perseroan.
Ia memperkirakan rata-rata penjualan tiap toko (same store sales growth/SSSG) Ace Hardware bisa tumbuh sebesar 13 persen-14 persen semester II 2019.
“Akhir tahun 2018 SSSG sebesar 13,5 persen dari target 5 persen, yang menandakan sektor ini masih ada peluang,” katanya.
Pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo merekomendasikan saham-saham di sektor perbankan, yakni PT Bank Central Asia (BBCA) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Selain laporan keuangan yang positif, kinerja sektor perbankan berada di atas rata-rata Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Mengutip RTI Infokom, IHSG tercatat hanya tumbuh 2,57 persen sejak awal tahun. Sementara itu, saham BCA dan Bank Mandiri berhasil melejit masing-masing 18,44 persen dan 4,77 persen.
Moncernya kinerja saham BCA dan Bank Mandiri tidak lepas dari kondisi fundamentalnya. Pada semester I 2019, BCA dan Bank Mandiri kompak meraih pertumbuhan laba dua digit.
BCA mencatatkan laba bersih sebesar Rp12,9 triliun. Angka ini melonjak 12,6 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp11,4 triliun.
Lucky bilang BCA menjadi salah satu emiten yang loyal membagikan dividen kepada pemegang saham. Dividen adalah laba yang diberikan kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki.
Untuk tahun buku 2018 lalu, BCA membagikan dividen sebesar Rp340 per saham kepada pemegang saham. Jumlahnya naik dari Rp175 persen pada 2017. Itu berarti, perseroan konsisten mengalokasikan dividen kepada pemegang saham di samping untuk cadangan kas internal perusahaan.
“BCA ini memiliki tren dividen cukup menarik di sektor perbankan. Pasar melihat ketertarikan pada saham ini karena dividen yang bersaing dengan bank lain,” tuturnya.
Sementara itu, Bank Mandiri mengantongi laba Rp13,53 triliun, naik 11,1 persen dibanding periode sama 2018 lalu yang hanya Rp12,17 triliun.
Ia memprediksi saham BCA dan Bank Mandiri akan melaju ke level masing-masing Rp31.500 dan Rp7.850 per saham. Pada perdagangan Jumat (2/8) saham BCA berhenti di level Rp30.825 melemah 0,72 persen. Sementara itu, saham Bank Mandiri ditutup pada posisi Rp7.675 turun 1,29 persen.
Selain dua bank tersebut, ia juga merekomendasikan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero ) Tbk (BBRI). Meski belum merilis laporan keuangan semester I 2019, saham BRI dinilai miliki likuiditas tinggi. Sejak awal tahun, saham BRI tumbuh 23,26 persen.
Tingginya likuiditas saham BRI ditunjukkan dengan angka volume transaksi sebesar 119,34 juta saham dengan nilai transaksi Rp529,14 miliar pada Jumat (2/8). Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan BCA dan Bank Mandiri.
Volume transaksi BCA tercatat sebesar 12,6 juta saham dengan nilai transaksi Rp389,23 miliar. Lalu volume transaksi Bank Mandiri tercatat sebesar 51,86 juta saham dengan nilai transaksi Rp398 miliar
“BRI masih berada dalam tingkat likuiditas tinggi serta volume transaksi BRI dalam satu bulan terakhir cukup tinggi dibandingkan saham bank lainnya,” katanya.
Ia meramalkan, saham BRI melaju ke posisi Rp4.600 per saham. Pada perdagangan Jumat (2/8), saham BRI tak bergerak di level Rp4.450. Hingga kuartal I 2019, BRI meraih kenaikan laba bersih sebesar 10,42 persen dari Rp7,42 triliun menjadi Rp8,20 triliun. (cnn)
Discussion about this post