[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id– Penguatan harga minyak mentah dunia berlanjut pada perdagangan Senin (4/11). Data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) memberikan pengaruh positif terhadap prospek permintaan minyak global.
Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) menguat US$0,34 atau 0,6 persen ke level US$56,54 per barel dan Brent naik US$0,44 atau 0,7 persen jadi US$62,13 per barel.
Angka pertumbuhan lapangan kerja AS dilaporkan membaik pada Oktober 2019. Analis menyatakan realisasi itu mengurangi kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
Total penggajian (payroll) untuk pekerjaan di sektor non pertanian meningkat 128 ribu pekerjaan pada Oktober 2019. Angka itu di atas prediksi ekonom yang hanya memperkirakan total penggajian naik 89 ribu pekerjaan.
Kenaikan harga minyak tak hanya dipengaruhi oleh data ekonomi AS. Kali ini, pasar juga optimistis AS dan China segera menemukan titik temu dalam menyelesaikan perang dagang.
Pemerintah China menyatakan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping terus berkomunikasi membahas kesepakatan perundingan perang dagang. Hal ini dipaparkan perwakilan China ketika ditanyakan awak media mengenai kapan dan di mana kesepakatan itu akan diteken.
“Kedua belah pihak (AS dan China) berbicara banyak tentang kesepakatan perdagangan,” kata John Kilduff selaku mitra di Again Capital LLC, dikutip Selasa (5/11).
Selain itu, pemangkasan suku bunga acuan bank sentral AS The Federal Reserves (The Fed) dan pelemahan dolar AS juga menambah angin segar untuk harga minyak. Pasalnya, harga minyak yang dijual menggunakan dolar AS akan melonjak ketika mata uang Negeri Paman Sam itu terkoreksi.
“Pelonggaran kebijakan moneter, bersama dengan peluang yang meningkat dari kesepakatan perdagangan AS dab China mendorong pasar minyak. Harapan peningkatan permintaan telah mengangkat harga,” kata Ahli Strategi Pasar Senior di RJO Futures Phillip Streible. (cnn)
Discussion about this post