[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Inflasi atau Indeks Harga Konsumen (IHK) membengkak akibat wabah virus corona dari Wuhan, Hubei, meluas hingga ke beberapa wilayah di China. Tingkat inflasi mencapai level tertinggi dalam delapan tahun terakhir karena masyarakat menimbun makanan.
Biro Statistik China menyebut tingkat inflasi melampaui ekspektasi momentum Tahun Baru Imlek di tengah perjuangan Pemerintah China melawan ekonomi domestik yang melambat.
Inflasi China meroket ke 5,4 persen pada bulan lalu, naik tinggi dibandingkan Desember 2019 yang sebesar 4,5 persen. Inflasi meningkat salah satunya dikarenakan harga daging babi dan sayuran segar melonjak.
“Harga makanan melonjak hingga 20,6 persen,” tulis Biro Statistik China.
Padahal, survei Bloomberg sebelumya memperkirakan inflasi bulanan pada Januari 2020 berkisar 4,9 persen. Kenyataannya, inflasi menyentuk 5,4 persen atau tertinggi sejak Oktober 2011.
“Peningkatan inflasi pada Januari 2020 tidak hanya dipengaruhi oleh musim libur lebaran China (Imlek), tetapi juga oleh wabah virus corona,” tutur Biro Statistik China.
Analis Lu Ting dari Nomura mengatakan perjuangan China tidak hanya untuk menahan penyebaran virus Corona, tetapi juga menjaga tingkat inflasinya.
“Beberapa pasokan makanan mungkin rusak sebelum dikirim ke kota-kota besar karena gangguan transportasi dan kebijakan pemerintah mengunci akses satu kota dengan kota lainnya, terutama untuk buah-buahan dan sayuran, termasuk ternak,” imbuh dia.
Masyarakat, ia melanjutkan juga cenderung menimbun makanan dan pasokan lainnya di tengah situasi saat ini. “Penimbunan makanan akan menaikkan harga,” jelasnya.
Sejauh ini, virus corona telah mengakibatkan lebih dari 908 orang meninggal dunia dengan jumlah orang terinfeksi sebanyak 41.000 kasus.
Kepala Penelitian UOB Suan Teck Kin menyebut meskipun harga-harga barang dan pangan cenderung turun setelah Tahun Baru Imlek, namun trennya akan menanjak, karena gangguan rantai pasokan.
Apalagi, tahun lalu, ternak babi di China terganggu karena serangan demam babi Afrika, yang ujung-ujungnya membuat pasokan langka dan harga melonjak drastis. Harga mulai landai pada Desember 2019.
Namun, bulan lalu, harga daging babi kembali melonjak 116 persen dibanding tahun sebelumnya atau naik 97 persen dari Desember 2019.
Di sisi lain, indeks harga produsen naik cuma 0,1 persen. Indeks ini jatuh 0,5 persen bila dibandingkan Desember 2019. Analis memperkirakan bulan berikutnya, harga pabrik yang akan terpukul.
Ekonom Senior Capital Economics Julian Evans-Pritchard menuturkan virus corona berdampak kecil pada harga produsen. “Tetapi, mungkin, terlalu dini untuk melihat dampak harga karena pabrik-pabrik ditutup selama libur Tahun Baru Imlek,” katanya.(cnn)
Discussion about this post