[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Bank Indonesia atau BI mencatat sepanjang kuartal ketiga tahun ini transaksi berjalan mengalami surplus US$ 1 miliar atau sekitar Rp 1,41 triliun. Angka tersebut setara dengan 0,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Surplus yang dibukukan tersebut adalah pertama kalinya terjadi sejak kuartal I tahun 2011. Artinya, ini adalah surplus pertama sejak 9 tahun lalu sebesar US$ 2,9 miliar.
Surplus transaksi berjalan ini terjadi setelah pada kuartal sebelumnya mencatat defisit sebesar US$ 2,9 miliar. Defisit itu setara dengan 1,2 persen dari PDB.
Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menjelaskan surplus transaksi berjalan ditopang oleh surplus neraca barang seiring dengan perbaikan kinerja ekspor. Hal ini terjadi di tengah masih tertahannya kegiatan impor sejalan dengan permintaan domestik yang belum kuat.
Sementara itu, defisit neraca jasa meningkat dipengaruhi oleh peningkatan defisit jasa perjalanan karena kunjungan wisatawan mancanegara yang masih rendah. Selain itu masih ada peningkatan defisit jasa lainnya seperti jasa telekomunikasi, komputer, dan informasi seiring peningkatan impor jasa untuk kebutuhan penunjang aktivitas masyarakat yang lebih banyak dilakukan secara daring selama pandemi Covid-19.
“Sedangkan defisit neraca pendapatan primer meningkat, terutama didorong oleh pembayaran imbal hasil atas investasi langsung yang meningkat,” kata Onny.
Akibat surplus transaksi berjalan tersebut, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III tahun 2020 kembali mencatat surplus. Hal tersebut yang kemudian menopang ketahanan eksternal Indonesia.
Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus sebesar US$ 2,1 miliar pada kuartal III/2020, melanjutkan capaian surplus sebesar US$ 9,2 miliar pada triwulan sebelumnya. Surplus NPI yang berlanjut tersebut didukung oleh surplus transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial.(msn)
Discussion about this post