[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Lebaran tahun ini bisa jadi kurang meriah jika dibandingkan dengan tahun lalu jika penyebaran virus corona belum bisa diatasi. Pasalnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperpanjang status darurat bencana wabah virus corona di Indonesia hingga 29 Mei 2020, atau melewati masa Idul Fitri pada tanggal 24 Mei 2020.
Jika ada pembatasan perjalanan dan status darurat, ada kemungkinan terjadi penurunan arus mudik dan perputaran uang. Dengan adanya perpanjangan status darurat ini, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memproyeksikan, jumlah pemudik di tahun ini akan turun tajam.
“Jumlah pemudik diperkirakan akan menurun cukup tajam, selain karena virus corona, ada kekhawatiran gejolak ekonomi menekan daya beli. Beberapa perusahaan dalam kondisi cashflow yang terimbas corona, dikhawatirkan mengurangi jatah THR. Itu konsekuensi dari efisiensi,” ujar Bhima.
Di sisi lain, Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub) melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian, pada tahun 2019 lalu melakukan Survei Potensi Pemudik Angkutan Lebaran Tahun 2019 di wilayah Jabodetabek.
Hasilnya, diprediksi bahwa populasi yang melakukan mudik pada tahun 2019 di wilayah Jabodetabek ada sebanyak 3,5 juta rumah tangga, dengan total populasi pemudik sebanyak 14,9 juta orang atau 44,1% dari total penduduk Jabodetabek tahun 2018 sebanyak 33,76 juta orang.
Di dalam survei tersebut, diperkirakan sekitar 20,9% pemudik menghabiskan dana di lokasi mudik dengan kisaran Rp 500.000-Rp 1.500.000 dan 20,1% menghabiskan dana sekitar Rp 1.500.000-Rp 2.500.000.
Apabila ditotalkan, maka dana pemudik wilayah Jabodetabek yang dihabiskan di lokasi mudik adalah sebesar Rp 10,3 triliun. Di mana dana tersebut paling banyak mengalir di wilayah Jawa Tengah sebesar Rp 3,8 triliun, Jawa Barat sebesar Rp 2,05 triliun, Jawa Timur sebesar Rp 1,3 triliun, serta sisanya tersebar ke wilayah lain di Indonesia. Sebagai catatan, dana tersebut tidak termasuk biaya perjalanan dari asal ke tujuan.
Bhima memprediksi, apabila arus pemudik berkurang maka perputaran uang yang sebelumnya mencapai Rp 10,3 triliun, kemungkinan akan menurun drastis di tahun ini. “Belum ada estimasi pastinya, tapi reduksi 30% dari tahun lalu sangat mungkin terjadi,” papar Bhima.
Lebih lanjut, Bhima mengatakan ada beberapa sektor yang akan terdampak dari penurunan jumlah pemudik di tahun ini. Sektor tersebut diantaranya adalah transportasi, makanan, minuman, perhotelan, ritel, UMKM, sampai start-up di bidang traveling, e-commerce, dan juga financial technology (fintech).
Kata Bima, fintech di dalam ranah metode pembayaran juga akan otomatis melambat seiring dengan terkoreksinya konsumsi. Tak hanya itu, bahkan Bhima mengatakan layanan peer-to-peer (P2P) lending juga akan terdampak dari adanya penurunan arus mudik.
“P2P lending juga terdampak. Biasanya kan sebelum lebaran beli baju dan tiket mudik pakai utang,” kata Bhima. (msn)
Discussion about this post