KeuanganNegara.id- Pengamat Asuransi Herris Simanjuntak menyebut pembentukan anak usaha PT Asuransi Jiwasraya (Persero) memiliki risiko. Ini artinya, BUMN yang ikut patungan membentuk Jiwasraya Putra harus siap terpapar risiko.
Salah satu risikonya, pemegang saham harus siap menghadapi risiko keuangan, seperti tidak menerima dividen. Diketahui, empat perusahaan pelat merah akan menjadi pemegang saham Jiwasraya Putra, yakni PT BTN (Persero) Tbk, PT KAI (Persero), PT Pegadaian (Persero), dan PT Telkomsel selaku anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero).
“Kalau perusahaan rugi, pemegang saham tidak akan menerima dividen,” katanya kepada CNNIndonesia.com, kemarin.
Kendati demikian, BUMN tetap harus merealisasikan komitmennya memberikan akses dan merekomendasikan produk Jiwasraya Putra kepada nasabah dan pelanggan. Dengan tujuan, memaksimalkan pemasaran produk Jiwasraya Putra sekaligus meminimalisasi risiko bagi pemegang saham.
Namun, ia mewanti-wanti agar ide pembentukan Jiwasraya Putra ini tak hanya mentok di atas kertas. Ia menegaskan ada realisasi komitmen dari BUMN selaku pemegang saham.Pun begitu, Herris mengakui proses pemasaran bukan berarti tanpa tantangan. Sebagai anak usaha dari induk yang tengah menghadapi masalah likuiditas, Jiwasraya Putra diperkirakan menghadapi tantangan kepercayaan dari konsumen.
“Asuransi adalah bisnis atas dasar kepercayaan karena yang dijual itu janji,” jelasnya.
Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, Herris menyebut solusi paling efektif terhadap masalah likuiditas Jiwasraya adalah suntikan modal dari pemegang saham, yaitu Kementerian BUMN. Hal ini diperlukan untuk membantu penguatan likuiditas Jiwasraya.
Pengamat BUMN sekaligus Managing Director Lembaga Management FEB Universitas Indonesia Toto Pranoto menilai pembentukan Jiwasraya Putra sebagai gagasan bagus di atas kertas. Sebab, Jiwasraya Putra dapat membantu secara langsung aspek ekuitas Jiwasraya melalui jaringan pemasaran dari BUMN yang terlibat.
“Dalam konteks ini aspek compliance perusahaan yang harus dijaga. Ini diharapkan bisa berjalan baik karena pemegang saham sekarang lebih banyak,” katanya.
Selain itu, untuk mengembalikan kepercayaan konsumen kepada Jiwasraya, Herris saran agar langkah perbaikan dilakukan sesegera mungkin, termasuk restrukturisasi secara besar-besaran dalam organisasi Jiwasraya.
“Terutama perbaikan soal kepemimpinan dan perbaikan SOP di bidang investasi dan keuangan, serta pemantauan compliance secara lebih efektif,” imbuh dia.
Pun begitu, Herris mengakui proses pemasaran bukan berarti tanpa tantangan. Sebagai anak usaha dari induk yang tengah menghadapi masalah likuiditas, Jiwasraya Putra diperkirakan menghadapi tantangan kepercayaan dari konsumen.Jiwasraya mulai merealisasikan pembentukan anak usahanya dengan menandatangani corporate cooperation agreement bersama empat BUMN lain. Penandatanganan corporate cooperation agreement ini menandai komitmen empat BUMN dalam patungan pembentukan anak usaha.
“Target operasional paling lambat pada Januari 2020,” tandas Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko.
Salah satu risikonya, pemegang saham harus siap menghadapi risiko keuangan, seperti tidak menerima dividen. Diketahui, empat perusahaan pelat merah akan menjadi pemegang saham Jiwasraya Putra, yakni PT BTN (Persero) Tbk, PT KAI (Persero), PT Pegadaian (Persero), dan PT Telkomsel selaku anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero).
“Kalau perusahaan rugi, pemegang saham tidak akan menerima dividen,” katanya kepada CNNIndonesia.com, kemarin.
Kendati demikian, BUMN tetap harus merealisasikan komitmennya memberikan akses dan merekomendasikan produk Jiwasraya Putra kepada nasabah dan pelanggan. Dengan tujuan, memaksimalkan pemasaran produk Jiwasraya Putra sekaligus meminimalisasi risiko bagi pemegang saham.
“Asuransi adalah bisnis atas dasar kepercayaan karena yang dijual itu janji,” jelasnya.
Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, Herris menyebut solusi paling efektif terhadap masalah likuiditas Jiwasraya adalah suntikan modal dari pemegang saham, yaitu Kementerian BUMN. Hal ini diperlukan untuk membantu penguatan likuiditas Jiwasraya.
Pengamat BUMN sekaligus Managing Director Lembaga Management FEB Universitas Indonesia Toto Pranoto menilai pembentukan Jiwasraya Putra sebagai gagasan bagus di atas kertas. Sebab, Jiwasraya Putra dapat membantu secara langsung aspek ekuitas Jiwasraya melalui jaringan pemasaran dari BUMN yang terlibat.
Namun, ia mewanti-wanti agar ide pembentukan Jiwasraya Putra ini tak hanya mentok di atas kertas. Ia menegaskan ada realisasi komitmen dari BUMN selaku pemegang saham.
“Dalam konteks ini aspek compliance perusahaan yang harus dijaga. Ini diharapkan bisa berjalan baik karena pemegang saham sekarang lebih banyak,” katanya.
Selain itu, untuk mengembalikan kepercayaan konsumen kepada Jiwasraya, Herris saran agar langkah perbaikan dilakukan sesegera mungkin, termasuk restrukturisasi secara besar-besaran dalam organisasi Jiwasraya.
“Terutama perbaikan soal kepemimpinan dan perbaikan SOP di bidang investasi dan keuangan, serta pemantauan compliance secara lebih efektif,” imbuh dia.
Jiwasraya mulai merealisasikan pembentukan anak usahanya dengan menandatangani corporate cooperation agreement bersama empat BUMN lain. Penandatanganan corporate cooperation agreement ini menandai komitmen empat BUMN dalam patungan pembentukan anak usaha.
“Target operasional paling lambat pada Januari 2020,” tandas Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko. (cnn)
Discussion about this post