[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id – Bank Indonesia (BI) memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bakal terus mengalami penguatan.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, mata uang Garuda sempat menguat hingga Rp14.670 per dolar AS dan stabil di Rp14.700 per dolar AS hingga hari ini. Padahal, nilai tukar rupiah sempat anjlok ke level Rp16 ribu per dolar AS pada Maret lalu.
“Ini meyakinkan kita bahwa rupiah ke depan akan terus alami penguatan menuju level atau tingkat sesuai fundamentalnya,” ujar Perry dalam video conference.
Perry meyakini kondisi nilai tukar rupiah saat ini masih undervalue dan berpotensi untuk kembali menguat seperti masa sebelum covid-19 yang sempat berada di bawah Rp14 ribu per dolar AS.
“Sebelum covid-19 ingat pernah di bawah Rp14 ribu per dolar AS pernah Rp13.800 per dolar AS ini adalah faktor risiko ketidakpastian di pasar keuangan global,” tuturnya.
Menurut Perry, penguatan rupiah punya dipengaruhi faktor fundamental perekonomian. Salah satunya adalah inflasi lebih rendah hingga defisit transaksi berjalan yang menurun.
“Terus masuknya aliran modal masuk portofolio di Surat Berharga Negara (SBN) perkuat rupiah dan imbal hasil dari SBN yang menarik itu juga mendukung stabilitas rupiah ke arah yang fundamental,” ujarnya.
Sementara itu, kurs rupiah pada perdagangan pasar spot Kamis (28/5) sore, bertengger di posisi Rp14.715 per dolar AS, melemah 5 poin atau 0,03 persen dari perdagangan hari sebelumnya (27/5) Rp14.710 per dolar AS.
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate(Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.769 per dolar AS atau melemah dari sebelumnya, Rp14.761 per dolar AS.
Pergerakan rupiah sejalan dengan mata uang lainnya di Asia. Tercatat, won Korea Selatan minus 0,41 persen, peso Filipina 0,08 persen, dan rupee India 0,06 persen.(cnn)
Discussion about this post