[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Bank Indonesia (BI) memproyeksi pertumbuhan ekonomi domestik selama tahun ini berada di kisaran 0,9 persen hingga 1,9 persen.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan proyeksi pemerintah, yang memperkirakan ekonomi RI akan bergerak ke skenario sangat berat dengan pertumbuhan ekonomi minus 0,4 persen.
“Kami perkirakan selama keseluruhan tahun ini pertumbuhan ekonomi 0,9-1,9 persen,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam video conference.
Proyeksi tersebut telah mempertimbangkan sejumlah perkembangan yang ada, baik dari global maupun domestik. Termasuk mencermati penurunan ritel hingga pendapatan masyarakat akibat pandemi COVID-19.
Perry melanjutkan, perekonomian domestik di kuartal II ini diperkirakan juga akan lebih rendah dari kuartal sebelumnya. Namun menurutnya hal ini merupakan pola yang biasa terjadi setiap tahun.
Meski demikian, Perry enggan merinci proyeksi ekonomi untuk kuartal II dan III tahun ini. Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksi ekonomi di kuartal II 2020 akan terkontraksi atau minus 3,1 persen.
“Kuartal II pertumbuhan ekonomi kecenderungan yang paling rendah sebelum secara perlahan meningkat di kuartal III dan IV. Dengan ekonomi dari 2,97 persen di kuartal I, akan menurun cukup dalam di kuartal II dan kemudian akan kembali berangsur di kuartal III dan IV,” jelasnya.
Perekonomian domestik yang diproyeksi tak mengalami resesi ini tentunya juga perlu didukung dengan faktor lainnya. Menurut Perry, pemulihan ekonomi ke depan akan sangat tergantung dengan kegiatan new normal, stimulus fiskal, hingga realisasi ke sektor riil.
“New normal bukan berarti kembali ke kebiasaan lama, tapi bertahap pada sembilan sektor untuk dibuka secara bertahap dengan tetap menerapkan protokol COVID-19 untuk tetap produktif dan aman,” kata Perry.
Selanjutnya, perekonomian domestik yang dinilai mampu tumbuh hingga 1,9 persen juga tergantung pada seberapa cepat penyerapan stimulus fiskal ke masyarakat.
“Bagaimana bansos secara cepat disalurkan, termasuk pajak dan berbagai program pemulihan ekonomi nasional,” katanya.
Terakhir yang tak kalah penting adalah stimulus yang telah digelontorkan itu mampu mendorong sektor riil. Selain itu, koordinasi yang dilakukan pemerintah, Bank Indonesia, serta OJK diharapkan mampu mendorong percepatan pemulihan ekonomi.
“Kita harapkan tahun depan kegiatan ekonomi bisa lebih tinggi. Oleh karena itu, tahun depan ekonomi domestik bisa 5-6 persen, termasuk karena ekonomi global bisa tumbuh 5,4 persen di 2021,” tambahnya.(msn)
Discussion about this post