[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II-2020 mengalami kontraksi cukup dalam sebesar empat persen. Perkembangan ini dipengaruhi oleh kontraksi ekonomi domestik pada April-Mei 2020 sejalan dengan dampak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran pandemi covid-19 yang mengurangi aktivitas ekonomi.
“Ini menunjukkan memang kontraksi yang dalam itu terjadi pada kuartal kedua 2020 ini. Perkiraan kami dengan berbagai data-data yang ada memang menunjukkan kontraksi ekonomi Indonesia berkisar sekitar empat persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam telekonferensi hasil RDG periode Juli 2020 di Jakarta.
Namun demikian, bank sentral melihat adanya perbaikan di sejumlah sektor perekonomian pada Juni 2020. Hal ini seiring dengan diberlakukannya relaksasi PSBB, meskipun belum kembali kepada level sebelum pandemi covid-19. Beberapa indikator dini permintaan domestik menunjukkan perkembangan positif ini seperti tercermin pada penjualan ritel, Purchasing Manager Index (PMI), ekspektasi konsumen, dan berbagai indikator domestik lain yang mulai meningkat. Kinerja ekspor Juni 2020 pada beberapa komoditas seperti besi dan baja juga membaik seiring peningkatan permintaan dari Tiongkok untuk proyek infrastruktur.
“Karenanya, kami melihat kemungkinan-kemungkinan ekonomi akan membaik pada kuartal ketiga 2020,” ungkap Perry.
Dia berharap akselerasi pemulihan ekonomi domestik dapat membaik dengan kecepatan penyerapan stimulus fiskal oleh pemerintah, keberhasilan restrukturisasi kredit dan korporasi di sektor perbankan, pemanfaatan digitalisasi dalam kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan UMKM, serta efektivitas implementasi protokol kesehatan covid-19 di era kenormalan baru (new normal).
“Bank Indonesia melalui bauran kebijakannya akan terus memperkuat sinergi dengan pemerintah dan otoritas terkait agar berbagai kebijakan yang ditempuh semakin efektif mendorong pemulihan ekonomi,” ucap Perry.
Sebelumnya Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 akan terkontraksi lebih dalam. Jika sebelumnya pertumbuhan ekonomi ditaksir negatif 3,8 persen, kini Bendahara Negara itu memperkirakan ekonomi RI bisa tumbuh hingga minus 4,3 persen.
Sejumlah sektor perekonomian mengalami tekanan luar biasa akibat pandemi covid-19. Walaupun pemerintah telah melonggarkan aturan pembatasan sosial, namun kinerja sejumlah sektor perekonomian ini masih sangat terbatas.
“Transportasi itu walaupun sudah ada relaksasi tapi tidak pulih karena orang tidak melakukan traveling, walau terjadi tapi masih kecil sekali, pertambangan berkontribusi negatif growth cukup dalam di kuartal II,” ungkap Sri Mulyani usai rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR. (msn)
Discussion about this post