[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id– Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk atau BCA Jahja Setiaatmadja mengaku 30 persen Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun perusahaan menyusut setiap kali pemerintah merilis Surat Berharga Negara (SBN) ritel. Ini artinya, sebagian nasabah menarik dananya dan mengalihkannya ke instrumen surat utang negara tersebut.
“Setiap (SBN ritel) rilis ini sekitar 30 persen dana kami terbang,” ucap Jahja, Kamis (31/10).
Kendati jumlah DPK perusahaan turun, tetapi Jahja mengaku BCA tetap mendukung penjualan surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah. Bahkan, perusahaan baru saja meluncurkan aplikasi pengelolaan kekayaan (wealth management/Welma) yang bisa digunakan untuk membeli SBN ritel.
“Kami mendukung (SBN ritel) bahkan kami sudah luncurkan aplikasi yang sangat mudah untuk ikut berinvestasi ke SBN ritel,” imbuh dia.
“Yang saya bayangkan mungkin pengalihan yang tadinya orang lebih senang beli emas dan tanah, kemudian masuk sektor keuangan. Artinya, ada banyak opsi investasi,” tutur dia.Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui dirut BCA tersebut selalu menghubunginya ketika pemerintah menerbitkan surat utang untuk investor ritel.
Menurut Sri Mulyani, Jahja sempat protes kepadanya terkait penerbitan tersebut. “Ketika keluarkan surat utang ritel, saya dapat SMS dari Pak Jahja kenapa kok ibu keluarkan,” katanya.
Sebenarnya, ia berharap tak hanya terjadi peralihan dari instrumen deposito ke SBN ritel. Bendaha negara itu juga menginginkan ada peralihan dana dari investasi di instrumen emas dan tanah ke surat utang negara.
Sebagai catatan, pemerintah telah menerbitkan sembilan SBN ritel. Beberapa di antaranya, yakni SBR005 pada Januari 2019, ST003 pada Februari 2019, SR011 pada Maret 2019, SBR006 pada April 2019, ST006 pada Mei 2019, SBR007 pada Juli 2019, ST005 pada Agustus 2019, SBR008 pada September 2019, dan ORI016 pada Oktober 2019. (cnn)
Discussion about this post