[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Pemerintah berharap pemulihan ekonomi terjadi pada tahun depan seiring mulai dilaksanakannya program vaksinasi mulai akhir tahun ini. Namun, Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri memperkirakan ekonomi baru akan kembali normal pada 2022 mendatang.
“Kalau saya bikin hitungan soal vaksin dan lainnya, ekonomi baru akan normal pada 2022. Saat itu, kita baru kita bisa bicara ekspansi, investasi dan lain-lain,” ujar Chatib Basri dalam diskusi virtual ‘Outlook Ekonomi: Peluang RI Keluar Resesi’.
Chatib menjelaskan, pemulihan ekonomi sangat erat kaitannya dengan penyelesaian pandemi yang terutama bergantung pada vaksin. Ia pesimistis vaksinasi bakal rampung pada tahun depan.
“Selama vaksin belum selesai didistribusikan, maka protokol kesehatan perlu diterapkan. Dengan protokol kesehatan, ekonomi tidak mungkin 100% karena ada isu jaga jarak,” katanya
Ia menjelaskan, protokol kesehatan memiliki implikasi besar pada dunia usaha. Ia mencontohkan sejumlah bisnis yang harus membatasi kapasitas seperti angkutan udara yang hanya diperbolehkan mengangkut 70% kapasitas dan restoran yang hanya boleh melayani 50%. Padahal, biaya operasional seperti listrik dan gaji karyawan tetap harus dibayar penuh. ” Dengan kapasitas yang dibatasi, sulit untuk dunia usaha mencapai BEP (pendapatan minimal seimbang dengan modal),” katanya.
Oleh karena itu, ia memperkirakan, perekonomian pada tahun depan paling optimistis baru akan berjalan 70% hingga 80%. Dengan target pemerintah dalam APBN 2021 sebesar 5%, maka pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya mencapai 3,5% hingga 4%.
“Belanja pemerintah tahun depan masih sangat pentig karena swasta belum sepenuhnya bisa berjalan,” katanya.
Meski demikian, ia memperkirakan ekonomi pada kuartal pertama tahun depan sudah kembali positif jika tidak terjadi gelombang dua lonjakan kasus Covid-19. “Bahkan kalau sedikit agak baik, kuartal keempat sudah dapat positif,” katanya.
Dengan berbagai kondisi yang ada, menurut Chatib, pola pemulihan ekonomi Indonesia sulit untuk membentuk kurva seperti huruf V meski situasi ekonomi terburuk diperkirakan sudah terjadi pada kuartal II lalu.
“Yang paling mungkin membentuk kurva seperti logo Nike atau huruf U. Kalau terjadi lonjakan kasus lagi mungkin bisa huruf W,” katanya.
IMF, Bank Dunia, serta OECD memproyeksi ekonomi Indonesia pada tahun ini akan terkontraksi antara 1% hingga 3%. Namun, ekonomi Indonesia diprediksi akan tumbuh 5% hingga 6% pada tahun depan. Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2020 diprediksi berada di antara minus 2% hingga 1%.
Namun, perekonomian akan mulai memasuki masa pemulihan pada 2021 dan tumbuh 4,4%. Perbaikan tersebut dengan asumsi kurva infeksi Covid-19 sudah menunjukkan perlambatan disertai prospek penemuan dan produksi vaksin. Perbaikan tersebut dengan asumsi kurva infeksi Covid-19 sudah menunjukkan perlambatan disertai prospek penemuan dan produksi vaksin.(msn)
Discussion about this post