[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Pandemi virus corona (covid-19) yang telah memengaruhi lebih dari 200 negara dan kawasan akan merusak perekonomian dunia tetapi dinilai tidak memicu krisis keuangan global baru. Meski demikian, tetap ada harapan agar penyebaran virus tersebut bisa segera terhenti dan segala sesuatunya kembali normal.
“Akan ada gangguan keuangan dan biaya penyelamatan fiskal yang akan sangat membebani posisi anggaran Pemerintah AS untuk waktu yang lama. Tetapi itu tidak akan memicu krisis keuangan domestik atau global,” kata Ekonom Lembaga Studi Tiongkok-Amerika Sourabh Gupta, seperti dikutip dari Xinhua.
Dia memberi tiga alasan. Pertama, krisis covid-19 adalah krisis kesehatan publik, bukan krisis keuangan struktural seperti 2008. Kedua, krisis keuangan global 2008-2009 telah menangkap sistem keuangan internasional tetapi diposisikan jauh lebih baik saat ini. Ketiga, cadangan yang dimiliki AS masih memiliki ruang yang cukup untuk meredam penurunan ekonomi.
Ia berpendapat aset dari neraca keuangan the Fed setara dengan sekitar 20 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) AS. Sedangkan aset dari neraca keuangan Bank of Japan (BOJ) adalah 105 persen dari PDB.
“Jadi masih ada banyak ruang bagi the Fed untuk meningkatkan penciptaan uangnya jika ingin memberikan penghalang bagi segmen pasar tertentu dan perantara keuangan dan mengembalikan kepercayaan pada sistem secara keseluruhan,” kata Gupta.
Dirinya menambahkan penciptaan likuiditas dan pasar aset semacam ini, mulai dari pasar ekuitas, obligasi dan perumahan, telah secara langsung dan tidak langsung dikaitkan dengan stagnasi upah dan krisis ketidaksetaraan di AS, dan juga merusak konsekuensi jangka panjang kesehatan ekonomi dari sudut pandang keuangan publik.
“Tetapi sejauh ini sebagai gangguan jangka pendek dari sistem keuangan AS saya tidak melihat itu terjadi sama sekali,” pungkasnya.(msn)
Discussion about this post