KeuanganNegara.id- Pelemahan harga minyak mentah dunia berlanjut pada Selasa (1/10). Data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang memburuk menjadi pemicu utama harga kembali terkoreksi.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 36 sen ke level US$58,89 per barel. Kemudian, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) melemah 45 sen ke level US$53,62 per barel.
Data Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan aktivitas manufaktur AS anjlok ke level terendah pada September 2019. Nilai ekspor AS terperosok di tengah ketegangan perang dagang negara tersebut dengan China.
Tercatat, level indeks aktivitas pabrik nasional AS pada September 2019 hanya 47,8. Angka itu menunjukkan bahwa sektor manufaktur AS sedang berkontraksi.
Data ekonomi Negeri Paman Sam itu juga direspons negatif oleh investor pasar saham. Dengan demikian, jatuhnya harga minyak juga dibarengi dengan pelemahan harga saham.
“Data manufaktur ISM yang negatif telah menghancurkan pasar saham dan mempengaruhi minyak,” kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates, dikutip Rabu (2/10).
Menurutnya, ketika ekonomi AS semakin melemah, maka permintaan minyak mentah dunia juga berpotensi menurun. Bahkan, hal ini akan berpengaruh hingga tahun depan.
Sebelumnya, harga minyak sempat menguat pada perdagangan kemarin lantaran Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengumumkan bahwa produksi minyak mentah turun 750 ribu barel per hari menjadi 28,9 juta barel per hari.
Penurunan produksi khususnya terjadi di dua negara penghasil minyak terbesar, yakni Rusia dan AS. Bila dirinci, produksi Rusia turun dari 11,29 juta barel per hari menjadi 11,24 juta barel per hari, sedangkan AS turun 276 ribu per hari menjadi 11,81 juta barel per hari. (cnn)
Discussion about this post