KeuanganNegara.id– Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi lesu pada perdagangan Senin (12/8). Data defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) menjadi ganjalan utama laju indeks.
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) mencatat defisit transaksi berjalan mencapai US$8,4 miliar atau 3 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II 2019. Angka defisit membengkak 21 persen dari sebelumnya US$6,97 miliar di kuartal I 2019.
Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan mengatakan secara teknikal indeks menunjukan indikasi melemah.
“Secara teknikal mengindikasikan IHSG akan mengalami koreksi dalam jangka pendek,” kata Dennies dikutip dari risetnya, Senin (12/8).
Ia memperkirakan IHSG akan bergerak di rentang support 6.256-6.269 dan resistance 6.307-6.332. Di tengah pelemahan IHSG, ia merekomendasikan beli untuk saham PT Indosat Tbk (ISAT) dengan target harga Rp3.500-Rp3.550 per saham.
Sebaliknya, Analis Indosurya Sekuritas William Surya Wijaya meyakini IHSG bakal melanjutkan penguatan di perdagangan awal pekan ini. Pasalnya, investor asing masih mencatatkan beli bersih (net buy) sepanjang perhitungan tahun kalender (year to date/ytd).
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat angka net buy asing di seluruh pasar mencapai Rp64,93 triliun. Data itu menunjukkan, pelaku pasar asing masih berminat untuk bertransaksi di pasar ekuitas Indonesia.
“Potensi IHSG untuk menembus level resistance terdekat masih cukup besar,” tuturnya.
Ia memprediksi IHSG akan bergerak di rentang support 6.321 dan resistance 6.372.
Pada penutupan perdagangan Jumat (9/8), IHSG berhasil menguat 0,12 persen ke level 6.282. Namun, sepanjang pekan IHSG koreksi 0,92 persen dari level 6.340 ke 6.282.
Sementara itu, saham-saham utama Wall Street kompak melemah pada penutupan perdagangan Jumat (9/8). Indeks Dow Jones turun 0,31 persen, lalu S&P500 turun 0,41 persen, dan Nasdaq Composite turun 0,68 persen. (cnn)
Discussion about this post