[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperlihatkan marjin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) berada di angka 4,90 persen pada September 2019. Adapun angka itu turun lima basis poin dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Adapun pengertian NIM adalah ukuran perbedaan antara bunga pendapatan yang dihasilkan oleh bank atau lembaga keuangan lain dan nilai bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman. “NIM turun itu karena market driven. Kehendak pasar,” kata Chief Economist BNI Ryan Kiryanto, dalam Pelatihan Wartawan Bank Indonesia, di Labuan Bajo, NTT, Senin, 9 Desember 2019.
Menurut Ryan perbankan tidak bisa mengatur pemilik dana dalam menempatkan dananya, apakah di bank, di obligasi, atau di pasar saham. Namun, lanjutnya, perbankan yang justru ‘memanjakan’ para pemilik dana yang meminta suku bunga tinggi ketika menempatkan dananya di bank, terutama bagi pemilik modal besar.
“Deposan mau suku bunga tinggi, bahkan bisa meminta special rate termasuk para debitur. Akibatnya bank memanjakan debitur dan deposan dan yang menderita itu dikorbankanlah NIM. NIM perbankan itu sudah 4,9 persen (per September 2019),” ucapnya.
Pada konteks ini, Ryan meminta pihak-pihak tertentu tidak membanding-bandingkan perbankan Indonesia dengan perbankan di Singapura dalam konteks NIM. Pasalnya, kondisi industri perbankan di Indonesia belum sedewasa industri perbankan di Singapura, terlebih ketersediaan infrastruktur di pasar keuangan.
“Jangan sekali-kali membandingkan NIM Indonesia dengan Singapura. Itu sama saja membandingkan apel Malang dengan apel Selandia Baru. Sama-sama apel tapi beda. Industri keuangan Singapura sudah dewasa dan matang. Instrumen keuangan di Singapura kompleks dan variatif. Sedangkan kita sedang berkembang,” kata Ryan.
Tidak hanya itu, masih kata Ryan, pendalaman pasar keuangan di industri jasa keuangan di Singapura lebih dalam dibandingkan dengan di Indonesia. Kesemuanya ini yang sepatutnya jangan ada pihak yang membandingkan NIM industri perbankan di Singapura dengan di Indonesia.
“Negara ini juga hanya seluas Tangerang Selatan dan infrastruktur mereka sudah ada. Kalau pun ada digitalisasi (tapi di Indonesia tetap) ada kantor cbang. Karena banyak area yang belum terlayani sistem perbankan, terutama di Jawa dan khususnya Timur Indonesia,” pungkasnya.(msn)
Discussion about this post