KeuanganNegara.id- Forever 21, perusahaan ritel yang asal Amerika Serikat (AS) itu akhirnya mengajukan pailit atau bangkrut, dan menutup sebanyak 178 gerai dari 800 lebih gerai yang dimilikinya.
Dalam surat resminya, Forever 21 mengatakan kepada pelanggan bahwa keputusan menutup gerai berlangsung sembari menunggu hasil diskusi lanjutan dengan pemilik tanah.
“Namun kami berharap sebagian besar gerai akan tetap beroperasi seperti biasa, dan kami tidak berharap akan keluar dari pasar utama di AS,” ungkap Wakil Presiden Eksekutif Forever 21 Linda Chang.
Kemampuan untuk berhenti menyewa tempat dan menutup gerai dengan biaya lebih rendah adalah keuntungan utama yang diperoleh peritel dari proses pailit.
Linda Chang mengatakan pengajuan status bangkrut adalah langkah penting yang diperlukan untuk mengamankan masa depan perusahaannya.
“Hal itu memungkinkan kami untuk mengatur kembali bisnis kami dan mengatur ulang posisi Forever 21,” ujarnya.
Forever 21 adalah peritel baru yang menghadapi risiko pelemahan, di tengah meningkatnya aktivitas belanja online. Inovasi teknologi ini dianggap telah memangkas aktivitas transaksi ke mal dan toko konvensional. Tingkat utang yang tinggi dan biaya sewa juga telah membebani peritel konvensional.
Dalam beberapa tahun terakhir, peritel yang memiliki kinerja sehat pun bahkan telah menutup gerai dan berjuang mengajukan status bangkrut.
“Peritel mengandalkan utang untuk membiayai pertumbuhan mereka selalu rentan terhadap perlambatan,” kata Greg Portell dari perusahaan konsultan ritel A.T. Kearney.
Forever 21 didirikan pada 1984 dan bermula dari sebuah gerai kecil di Los Angeles oleh imigran Korea Selatan Do Won Chang dan istrinya, Jin Sook. Gerai itu berkembang dengan cepat di mal-mal pinggiran kota. Perusahaan menyempurnakan model terbaru dengan cepat, sehingga menarik minat pelanggan.
Pengelola membangun gerai-gerai besar dengan luas 90 ribu meter persegi di jantung Times Square New York. Ketika banyak peritel mulai memangkas jaringan gerai mereka dalam beberapa tahun terakhir, Forever 21 terus menambah gerai pada 2016.
Perusahaan Ritel Tiarap
Data Coresight Research menunjukkan sepanjang tahun ini perusahaan ritel di AS telah mengumumkan lebih dari 8.200 penutupan gerai, melebihi total tahun lalu yang sebanyak 5.589. Perusaah ritel ternama Payless dan Gymboree mengajukan status bangkrut untuk kedua kalinya, dan menutup hampir 3.000 toko.
Coresight memprediksi pelemahan aktivitas ritel lebih lanjut diperkirakan akan menumpuk dan dapat mencapai 12 ribu pada akhir 2019.
Wet Seal, American Apparel and Delia mengajukan pailit dan menutup semua toko mereka selama lima tahun terakhir. Aeropostale mengajukan status bangkrut pada 2016, tetapi membiarkan beberapa toko tetap buka. Charlotte Russe juga mengajukan status bangkrut tahun ini.(cnn)
Discussion about this post