KeuanganNegara.id-Harga minyak mentah dunia bangkit pada perdagangan Selasa (11/2) usai menyentuh level terendah dalam 13 bulan terakhir. Pemicunya adalah penurunan jumlah kasus baru Virus Corona di China.
Mengutip Antara, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April naik 74 sen atau 1,4 persen menjadi US$54,01 per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April nauk 37 sen atau 0,8 persen ke level US$49,94 per barel.
Melambatnya jumlah kasus Virus Corona di China meredakan kekhawatiran pasar atas potensi anjloknya permintaan minyak mentah di China. Epidemi itu telah merenggut lebih dari 1.013 nyawa di China hingga Selasa (11/2). Sementara jumlah penderita virus asal Wuhan itu menjadi 42.500 kasus.
Namun demikian, jumlah kasus baru dikonfirmasi turun. Penasihat medis utama pemerintah China memprediksi epidemi ini berakhir pada April.
Meski jumlah kasus baru melambat, investor tetap waspada pelemahan permintaan minyak China dapat memberikan pukulan pada harga. Selain itu, pasar menilai Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) serta sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, gagal menyepakati langkah-langkah untuk menjaga harga minyak.
“Kurangnya tindakan terkoordinasi oleh OPEC+ menimbulkan kekhawatiran kelebihan pasokan kemungkinan akan tetap terjadi,” kata analis Commerzbank Eugen Weinberg.(cnn)
KeuanganNegara.id-Harga minyak mentah dunia bangkit pada perdagangan Selasa (11/2) usai menyentuh level terendah dalam 13 bulan terakhir. Pemicunya adalah penurunan jumlah kasus baru Virus Corona di China.
Mengutip Antara, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April naik 74 sen atau 1,4 persen menjadi US$54,01 per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April nauk 37 sen atau 0,8 persen ke level US$49,94 per barel.
Melambatnya jumlah kasus Virus Corona di China meredakan kekhawatiran pasar atas potensi anjloknya permintaan minyak mentah di China. Epidemi itu telah merenggut lebih dari 1.013 nyawa di China hingga Selasa (11/2). Sementara jumlah penderita virus asal Wuhan itu menjadi 42.500 kasus.
Namun demikian, jumlah kasus baru dikonfirmasi turun. Penasihat medis utama pemerintah China memprediksi epidemi ini berakhir pada April.
Meski jumlah kasus baru melambat, investor tetap waspada pelemahan permintaan minyak China dapat memberikan pukulan pada harga. Selain itu, pasar menilai Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) serta sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, gagal menyepakati langkah-langkah untuk menjaga harga minyak.
“Kurangnya tindakan terkoordinasi oleh OPEC+ menimbulkan kekhawatiran kelebihan pasokan kemungkinan akan tetap terjadi,” kata analis Commerzbank Eugen Weinberg.(cnn)
Discussion about this post