[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id- SKK Migas memperkirakan aliran investasi di sektor hulu migas akan lemas pada tahun ini akibat rontoknya harga minyak dunia dan nasional.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan proyeksi ini muncul dari asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Oils Price/ICP) yang kemungkinan hanya berada di kisaran US$38 per barel. Asumsi ini turun jauh dari target ICP di APBN 2020 mencapai US$60 per barel pada tahun ini.
Sementara ICP per Maret 2020 sudah mencapai angka US$34 per barel. Sayangnya, SKK Migas belum memiliki prospek investasi pada tahun ini.
“Untuk sampai akhir tahun kemungkinan akan terjadi penurunan terhadap investasi karena harga minyak dunia rendah. Ini sedang kami review akan turun berapa,” imbuhnya.
Selain itu, proyeksi penurunan aliran investasi juga berasal dari realisasi sampai kuartal I 2020. SKK Migas mencatat realisasi investasi baru mencapai US$2,87 miliar atau 21 persen dari target US$13,8 miliar pada tahun ini.
Dwi juga mengatakan realisasi investasi hulu migas akan lesu karena permintaan terhadap minyak dunia juga menurun. Hal ini terjadi akibat penyebaran pandemi virus corona atau covid-19 di seluruh dunia.
“Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi global yang semula 2,5 persen turut menjadi sekitar minus 2 persen, tentu akan membuat permintaan terus turun. Ini pun sudah kami rasakan ada penundaan pembelian migas, salah satunya dari Singapura,” ungkapnya.
Di sisi lain, lesunya investasi hulu migas akan membuat target pembiayaan proyek hulu migas meleset. Proyeksi awal, pembiayaan ke hulu migas bisa mencapai US$32,09 miliar pada tahun ini.
Namun, perkiraannya akan susut US$12,14 miliar atau 37,83 persen dari target menjadi US$19,95 miliar. Proyeksi ini muncul dari realisasi pembiayaan proyek hulu migas yang baru mencapai US$6,39 miliar atau 19,91 persen dari target tahun ini.
Rincian proyeksinya, pembiayaan dari dalam negeri akan susut dari US$14,46 miliar menjadi US$6,7 miliar. Lalu, cost recovery turun dari US$10,02 miliar menjadi US$9,11 miliar dan sumbangan kontraktor turun dari US$7,6 miliar menjadi US$4,15 miliar.
“Kalau dilihat dari cost recovery sebenarnya masih cukup baik, ini kami upayakan dengan efisiensi biaya,” jelasnya.
Proyek Strategis Mundur
Bersamaan dengan lesunya aliran investasi, Dwi menyatakan bakal ada dua proyek yang mundur, yaitu Tangguh Train-2 dan Jambaran Tiung Biru. Keduanya masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
Proyek Tangguh Train-2 diperkirakan baru bisa beroperasi pada kuartal IV 2020 dari semula ditargetkan pada kuartal III 2020. Sementara, realisasi proyek dengan nilai investasi US$8,9 miliar secara onshore baru mencapai 80,94 persen pada kuartal I 2020 dan offshore 98,05 persen.
Sedangkan pengerjaan proyek Jambaran Tiung Biru baru mencapai 57,91 persen pada kuartal I 2020. Proyek ini memiliki nilai investasi sebesar US$1,53 miliar.
“Semula targetnya kuartal III 2021, kemungkinan menjadi kuartal IV 2021, ini sedang kami review,” katanya.
Kendati begitu, Dwi mengatakan dua proyek dalam PSN lainnya kemungkinan masih bisa sesuai target. Pertama, proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) dengan nilai investasi US$6,98 miliar. Targetnya, proyek selesai pada kuartal IV 2025.
Kedua, proyek Abadi Masela dengan investasi mencapai US$19,8 miliar dan ditargetkan rampung pada kuartal II 2027.(msn)
Discussion about this post