[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan penurunan harga minyak dunia belakangan ini akan membuat beban impor PT Pertamina(Persero) berkurang. Pasalnya, penurunan tersebut akan membuat dana yang harus digelontorkan perusahaan pelat merah itu untuk membeli minyak berkurang dibandingkan sebelumnya.
“Kalau selama ini impor minyak cukup besar, berarti penurunan harga minyak ini akan berdampak pada penurunan beban di Pertamina,” ucap Sri Mulyani.
Atas dasar itulah, ia yakin penurunan tersebut akan berdampak pada neraca keuangan Pertamina tahun ini. Namun, ia belum merinci kapan tepatnya penurunan tersebut akan berdampak pada neraca keuangan Pertamina.
“Dalam jangka waktu hitungan bulan atau jangka panjang misalnya kuartal atau semester, itu masih akan dilihat,” jelas Sri Mulyani.
Selain pada Pertamina, penurunan harga minyak juga disebut Sri Mulyani akan berpengaruh pada Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pengaruh tersebut, utamanya akan terjadi pada penerimaan pajak penghasilan (PPh) dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
“Kami lihat nanti pengaruhnya terhadap APBN dalam satu tahun ini nanti dan sekaligus untuk membuat proyeksi 2021,” ucap Sri Mulyani.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total nilai impor pada Januari 2020 turun US$231 juta dari US$14,5 miliar pada Desember 2019 menjadi US$14,27 miliar pada Januari 2020. Penurunan terjadi karena impor non migas merosot US$85 juta dari US$12,37 miliar menjadi US$12,28 miliar, sedangkan impor migas melorot US$146 juta dari US$2,13 miliar menjadi US$1,98 miliar.
Khusus untuk impor minyak mentah pada Januari 2020 turun US$185 juta dibandingkan bulan sebelumnya. Alhasil, nilai impornya hanya sebesar US$514 juta pada Januari 2020, sedangkan posisi Desember 2019 sebesar US$699 juta.
Lalu, impor hasil minyak pada Januari 2020 tercatat turun US$124 juta dari posisi Desember 2019. Dengan demikian, nilai impor hasil minyak awal tahun ini sebesar US$1,1 miliar dan Desember 2019 sebesar US$1,22 miliar.
Diketahui, harga minyak mentah dunia rontok ke posisi terendah dalam lebih dari 11 tahun terakhir pada perdagangan akhir pekan lalu. Minyak mentah berjangka Brent turun US$4,72 atau 9,4 persen ke posisi US$45,27 per barel.
Sementara, seperti dilansir Antara, Senin (9/3), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) anjlok US$4,62 atau 10,1 persen menjadi US$41,28 per barel. Harga ini merupakan yang terendah sejak Agustus 2016 lalu.
OPEC dan sekutunya termasuk Rusia atau OPEC+ bertemu di Wina, Austria pada 5-6 Maret 2020 lalu. Mereka membahas kelanjutan pemangkasan produksi akibat penyebaran virus corona. Saat ini, kelompok itu telah memotong produksi hingga 2,1 juta bph.
Namun, pembahasan antara OPEC dan Rusia berakhir buntu lantaran Rusia bersikeras menolak pengurangan produksi minyak. Kondisi itu memicu kerugian besar di mana lebih dari 1 juta kontrak minyak mentah AS diperdagangkan pada akhir pekan lalu. (cnn)
Discussion about this post