KeuanganNegara.id– Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai ekonomi global saat ini mengalami ketidakpastian yang besar. Kondisi itu bahkan menjadi yang terburuk setelah krisis ekonomi global 2008 lalu.
Sebagai informasi, krisis global 2008 bermula dari krisis ekonomi di Amerika Serikat (AS) yang lantas menyebar ke negara lain, termasuk Indonesia. Saat itu, krisis di Negeri Paman Sam dipicu kegagalan pembayaran kredit sektor properti hingga menjadi tumpukan utang yang memperburuk kondisi likuiditas di pasar keuangan.
Kondisi ini menyebabkan perusahaan keuangan besar Lehman Brothers dan Goldman Sachs bangkrut dan menyebar ke seluruh sektor, hingga menjadi persoalan ekonomi global.
“Situasi saat ini, itu ketidakpastian yang besar setelah krisis tahun 2008. 10 tahun lalu,” katanya, Rabu (7/8)
Ia menyebut ekonomi mengalami ketidakpastian besar lantaran terjadi berbagai konflik antar negara.
Pertama, perang dagang AS-China yang tak kunjung reda. Terbaru, Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif tambahan 10 persen terhadap impor barang asal China senilai US$300 miliar mulai 1 September mendatang. China pun menjawab rencana Trump melemahkan nilai tukar yuan China. Kebijakan ini membuat ekspor China menjadi lebih murah sehingga mampu menutupi sebagian dari beban tarif yang diberlakukan oleh AS.
Kedua, rencana Inggris keluar dari Uni Eropa atau British Exit (Brexit). Namun, kelompok oposisi yang dipimpin Ketua Partai Buruh Jeremy Corbyn menolak usulan skema Brexit. Imbasnya, selama tiga tahun sejak referendum Inggris tak kunjung hengkang sehingga berujung pada krisis politik.
Ketiga, selisih dagang Jepang dan Korea Selatan setelah pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe menetapkan kebijakan pembatasan ekspor bahan baku ponsel pintar (smartphone) ke Negeri Ginseng. Pembatasan ekspor itu disebut akan mempengaruhi raksasa teknologi Korea seperti Samsung Electronics, SK Hynix, dan LG Electronics, hingga pasar teknologi global.
Meski konflik yang terjadi hanya menyangkut beberapa negara, namun JK menyebut kondisi itu mempengaruhi ekonomi dunia, termasuk Indonesia.
Ucapan JK bukan isapan jempol belaka. Terbukti, ketika perang dagang AS-China memanas, nilai tukar rupiah dan beberapa mata uang Asia lainnya jeblok. Namun, mata uang kembali menguat seiring meredanya tensi perang dagang AS-China. (cnn)
Discussion about this post