[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id– Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebut terdapat empat hingga lima bank yang memiliki rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) di bawah rata-rata. Ini artinya, rasio modal perusahaan itu di bawah 14 persen.
Ketua Kadin Bidang Kebijakan Moneter, Fiskal, dan Publik Raden Pardede mengatakan beberapa bank yang dimaksud merupakan bank umum kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) I dan III. Hanya saja, ia enggan menyebut lebih detail identitas perusahaan tersebut.
“Ada empat sampai lima bank yang permodalannya di luar rata-rata. Saya tidak sebutkan namanya, rata-rata saja,” ucap Raden.
Data OJK, rata-rata permodalan bank nasional masih terbilang aman karena di atas batas minimal 14 persen. OJK mencatat rasio kecukupan modal perbankan per September 2019 sebesar 23,38 persen.
“Tergantung pertumbuhan kredit, kalau kredit tinggi maka LDR bisa tetap tinggi,” ucap Fauzi.Di sisi lain, Raden menyatakan likuiditas perbankan secara rata-rata masih cukup baik meski ada beberapa bank yang permodalannya di bawah yang seharusnya. Namun, kondisi likuiditas antar bank diakuinya tak sama.
“Bank BUKU IV biasanya paling bagus, BUKU III agak ketat, bank BUKU I dan II agak longgar,” kata Raden.
Data OJK menunjukkan rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) per September 2019 sebesar 92,2 persen. Angka itu terlihat lebih longgar dibandingkan dengan posisi September 2018 yang mengetat sebesar 94 persen.
Di sisi lain, Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan menyatakan tingkat likuiditas selanjutnya akan bergantung pada permintaan kredit. Bila tahun depan pengajuan kredit melonjak, bukan tidak mungkin LDR semakin mengetat.
Menurutnya, rata-rata LDR bank BUKU I, II, dan IV sudah cukup longgar karena berada di bawah 92 persen. Namun, rata-rata LDR bank BUKU III tembus 100 persen.
Namun, Fauzi tetap optimistis kondisi likuiditas perbankan nasional bisa membaik tahun depan. Hal ini karena ada potensi masuknya dana dari investor asing ke Indonesia.
“Kalau melihat prediksi pelaku pasar bank sentral Eropa, China, dan yang lain suku bunga akan rendah, jadi investor akan cari yang masih tinggi termasuk Indonesia,” kata Fauzi.
Menurutnya, aliran dana asing akan masuk ke beberapa instrumen investasi, salah satunya obligasi. Dengan demikian, dana itu bisa membantu persoalan likuiditas di dalam negeri. (cnn)
Discussion about this post