KeuanganNegara.id- Nilai tukar rupiah menguat ke Rp13.969 per dolar AS atau sebesar 0,45 persen, Kamis (12/12) pagi. Sebelumnya, posisi rupiah berada di Rp14.038 per dolar AS pada penutupan pasar Rabu (11/12).
Pagi hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia melemah terhadap dolar AS. Won Korea terpantau melemah 1,16 persen dan Yen Jepang 0,20 persen. Dolar Hong Kong menguat sebesar 0,01 persen.
Di negara maju, mayoritas nilai tukar bergerak menguat terhadap Dolar AS. Poundsterling Inggris terpantau menguat 2,53 persen, dan Euro sebesar 0,42 persen. Dolar Kanada yang menguat 0,19 persen. Dolar Australia melemah 0,19 persen terhadap dolar AS.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengungkap The Fed yang mempertahankan suku bunga menunjukkan bahwa jalur kebijakan moneter saat ini tepat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Bahkan, suku bunga acuan The Fed tersebut diproyeksi stagnan hingga tahun depan. Selain itu, penguatan didukung pasar yang ‘berbunga’ mendengar pernyataan Powel yang mengungkap perekonomian AS cukup cerah.
Sementara itu, dari sentimen internal atau dalam negeri, pasar melihat rilis data ADB dan Bank dunia terkait proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 dan 2020.
Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 menjadi 5 persen dan 2020 menjadi 5,1 persen. Sebelumnya, ADB merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 dan 2020 masing-masing sebesar 5,1 persen dan 5,2 persen.
“Dengan perbedaan angka tersebut maka akan meningkatkan optimisme bahwa perekonomian Indonesia lebih solid dibandingkan dengan apa yang diproyeksikan oleh lembaga perbankan dunia. Sehingga pasar kembali percaya dan modal arus asing kembali masuk ke pasar dalam negeri,” ujar Ibrahim.
Ibrahim berpendapat, rupiah hari ini ditutup stagnan di level Rp 14.030 dari penutupan sebelumnya di level 14.030. Dalam perdagangan akhir pekan rupiah kemungkinan kembali menguat tapi terbatas denga range di level Rp14.005 hingga Rp14.050.(cnn)
Discussion about this post