KeuanganNegara.id- Jumlah pesawat PT Sriwijaya Air semakin menurun usai kisruh kerja sama manajemen (KSM) perusahaan dengan anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, yakni PT Citilink Indonesia. Jumlah pesawat Sriwijaya Air yang beroperasi kini cuma 12 unit dari sebelumnya yang mencapai 30 unit.
Direktur Operasi Sriwijaya Air Fajar Semiarto mengatakan penurunan jumlah pesawat yang dapat beroperasi itu membuat frekuensi penerbangan juga turun lebih dari 50 persen. Dengan demikian, kinerja perusahaan pun ikut terdampak.
“Frekuensi turun. Kalau dulu tiap hari terbang 245 dengan 30 pesawat, sekarang hanya 110 hingga 120 per hari dengan 12 pesawat,” ucap Fajar, Senin (30/9).
Ia menjelaskan status Hazard, Identification, and Risk Assessment (HIRA) Sriwijaya Air masuk level merah. Dengan demikian, direksi merekomendasikan agar operasional Sriwijaya Air berhenti karena berpotensi membahayakan keselamatan penerbangan.
“Ini masalah di keuangan, misalnya tidak bisa bayar bengkel. Tidak bisa bayar sparepart, walaupun punya montir dan supir. Walaupun bisa jalan tapi bisa berhenti di tengah jalan,” katanya.
Menurutnya, kondisi pesawat sejatinya masih baik-baik saja. Namun, keuangan perusahaan yang ‘cekak’ saat ini bisa saja membuat manajemen tak bisa membayar biaya perawatan pesawat untuk ke depannya. Di sinilah titik bahaya jika operasional tetap dilaksanakan.
Kendati demikian, Fajar menyatakan pemegang saham Sriwijaya Air menganggap situasi di tubuh perusahaan masih baik-baik saja. Alhasil, operasional tetap berlangsung. “Dianggap semua masih normal,” imbuh dia.
Perbedaan pendapat inilah yang juga menjadi alasan Fajar akhirnya mengajukan pengunduran diri sebagai salah satu direktur di Sriwijaya Air. Selain Fajar, Direktur Teknik Ramdani Ardali Adang juga ikut mengirimkan surat pengunduran diri.
“Surat pengunduran diri per hari ini, ditunjukkan ke pemegang saham karena yang menurunkan dan mengangkat kan pemegang saham,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Citilink Indonesia dan Sriwijaya Air mulai bekerja sama pada November 2018 lalu. Kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari upaya perbaikan kinerja keuangan Sriwijaya Air Group yang menanggung utang kepada sejumlah perusahaan pelat merah di antaranya ke anak perusahaan Garuda PT GMF AeroAsia, PT Pertamina (Persero), dan PT Angkasa Pura I dan II. (cnn)
Discussion about this post