[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan perkembangan asumsi ekonomi makro 2020 pada kuartal I (Q1).
Terkait nilai tukar Rupiah bulan April menguat dibanding bulan Maret 2020. Menurut keterangan BI, rupiah menguat hingga ke level Rp15.010 pada Selasa (05/05) yang lalu.
“Nilai tukar rupiah sudah lebih menguat dibanding bulan Maret lalu meskipun year to date masih mengalami depresiasi 8,9%. Namun dibanding volatilitas yang terjadi di bulan Maret, bulan April relatif lebih menemukan suatu perspektif baru,” kata Menkeu dalam konferensi pers virtual tentang Perkembangan Implementasi Kebijakan dalam Mengatasi Pandemi COVID-19.
Ia melanjutkan, terkait SPN 3 bulan, rata-rata year to date sebesar 3,22%, lebih rendah dari asumsi dasar makro. Hingga April, ada 9 lelang penerbitan SPN 3 bulan oleh pemerintah.
Selanjutnya, harga minyak merupakan yang paling tidak bisa diprediksi. Saat ini harga minyak end of period turun 22,6 USD/barel sedangkan year to date 44,22 USD/barel.
Untuk lifting gas dan minyak, keduanya juga berada di bawah target asumsi ekonomi makro 2020.
Defisit diperkirakan akan lebih besar dari target awal sebesar 1,76% dari PDB. Saat ini pemerintah menggunakan defisit 5,07% untuk pembiayaan COVID-19.
Defisit 5,07% sama dengan Rp852,9 triliun dimana ada pembiayaan investasi sebesar Rp153,5 triliun sehingga pembiayaan utang netto akan mencapai Rp1.006,4 triliun. Jika ditambah dengan utang jatuh tempo tahun ini, maka pembiayaan bruto akan mencapai Rp1.439 triliun termsuk untuk program pemulihan ekonomi nasional sesuai Perppu No.1/2020 pasal 11 dan Perpres 54/2020.
Pendanaan dari penerbitan SBN tidak akan dilakukan secara khusus untuk COVID-19 namun akan didentifikasi mana pengeluaran untuk pemulihan ekonomi. Oleh karena itu, nanti akan dibuat MoU (Nota Kesepahaman) antara Kemenkeu dan Bank Indonesia (BI) terkait pembiayaan untuk pemulihan ekonomi. (kemenkeu)
Discussion about this post