KeuanganNegara.id- Pengamat bidang energi menilai kehadiran mobil listrik di Indonesia tidak serta merta akan mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam kurun waktu yang singkat.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menjelaskan penggunaan BBM berpotensi menurun jika pemakaian kendaraan listrik sudah mencapai 15-20 persen dari total kendaraan yang ada di jalan raya.
“Mungkin hitungan kami ketika mobil listrik sudah mencapai waktu 15-20 persen dari total kendaraan yang ada di jalan, itu baru bisa berdampak penggunaan BBM,” ujar Fabby di Jakarta, Senin (19/8).
Dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 22 Tahun 2017 tentang tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), Kementerian Perindustrian bertugas mengembangkan kendaraan berteknologi listrik sebanyak 2.200 unit.
Kendati demikian, Fabby mengatakan RUEN tersebut harus ditinjau kembali karena target mobil listrik pada tahun 2025 hanya mencapai 2.200 unit.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan pengembangan ekosistem mobil listrik dapat mengurangi impor minyak.
Jonan memandang cara tersebut lebih ampuh untuk mengurangi impor ketimbang harus menggenjot produksi minyak dalam negeri. Selain itu, jika peningkatan produksi dipilih, waktu yang ditempuh juga lama.
“Kalau kendaraan listrik tidak itu itu polusi udara akan sangat luar biasa,” ucap Jonan.
Diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendukung pengembangan mobil listrik di dalam negeri. Beberapa waktu lalu, ia sudah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) tentang Percepatan Pengembangan Kendaraan Bermotor Listrik (Mobil Listrik).
Dengan beleid itu, Jokowi mengatakan pemerintah ingin mendorong industri otomotif, dengan membangun industri mobil listrik di Indonesia.
“Kami ingin mendorong agar industri otomotif mau segera merancang, mempersiapkan untuk, ya membangun industri mobil listrik di Indonesia,” pungkas dia. (cnn)
Discussion about this post