[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuan menjadi 4,25%. Pemangkasan suku bunga acuan ini diyakini akan berdampak pada pertumbuhan kinerja sektor properti.
Analis NH Korindo Sekuritas Ajeng Kartika Hapsari mengatakan tren penurunan suku bunga acuan saat ini belum diiringi dengan penurunan bunga perbankan. Saat ini suku bunga deposito tergolong rendah berada pada kisaran 3%-6%, sedangkan suku bunga kredit masih berada pada kisaran 7%-13%.
Menurutnya, sektor properti utamanya residensial masih didominasi penggunaan KPR sebagai sumber pembiayaan. Sehingga masih ada ruang cukup luas bagi perbankan untuk melakukan pemotongan suku bunga kredit.
“Jika perbankan sudah memaksimalkan pemotongan bunga kredit, dan kondisi perekonomian cenderung membaik, saya yakin dapat memberikan pengaruh signifikan pada pertumbuhan kinerja emiten properti. Di sisi lain, faktor seperti kondisi perkembangan pandemi Covid-19 juga tetap harus diperhatikan,” jelas Ajeng.
Menurut data BI, perkembangan suku bunga KPR sejatinya sudah menunjukkan tren menurun, pada kuartal-I 2020 tercatat rata-rata suku bunga KPR sebesar 8,92% atau lebih rendah dari kuartal-IV 2019 sebesar 9,12%. Namun masih adanya jarak yang cukup jauh antara bunga deposito dan kredit membuat masyarakat masih diberatkan dengan bunga KPR yang dinilai masih tinggi.
Walaupun tahun 2020 akan menjadi tahun yang berat bagi sektor properti, namun keputusan BI menurunkan suku bunga acuan saat The Fed justru menahannya, dapat sebagai dorongan baik atas strategi pemerintah memulihkan ekonomi dan meningkatkan konsumsi masyarakat.
Dampak pemangkasan suku bunga tidak akan langsung terasa bagi sektor properti. Maka perlu dilihat bagaimana dampak pemangkasan suku bunga terhadap perbankan.
Untuk jangka panjang, sektor properti masih menarik untuk dikoleksi. Saham dengan kapitalisasi pasar yang besar dapat menjadi pilihan seperti PWON, CTRA, BSDE dan LPKR.(msn)
Discussion about this post