KeuanganNegara.id– Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok cukup dalam hingga 1 persen atau 60,66 poin ke level 6.000 pada penutupan perdagangan Senin (7/10).
Analis menengarai penyebab pelemahan indeks akibat penurunan cadangan devisa (cadev) Indonesia. Bank Indonesia mencatat posisi cadev hanya sebesar US$124,3 miliar pada akhir September 2019.
Posisi ini merosot hingga US$2,1 miliar dibanding posisi akhir Agustus 2019 yang mencapai US$126,4 miliar. Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan IHSG berada di zona hijau pada awal perdagangan.
Namun, jelang jeda perdagangan indeks perlahan melemah hingga akhirnya ditutup di posisi 6.000. Indeks bahkan sempat menyentuh level terendah 5.988. “Cadangan devisa turun, itu kelihatannya yang kemungkinan menjadi penyebab balik arah pelemahan IHSG,” katanya.
Tak hanya sentimen domestik, ia bilang IHSG juga mendapat tekanan dari sentimen global; perang dagang antara AS-China. Sebagaimana diketahui, dua negara bakal melangsungkan perundingan dagang pada 10-11 Oktober mendatang.
Pelaku pasar, sambungnya, menaruh perhatian penuh pada negosiasi dagang tersebut. “AS-China ini lebih penting buat Indonesia, karena kita lebih banyak ekspor ke AS dan China,” ujarnya.
Tak hanya perang dagang, lesunya kinerja manufaktur AS juga turut mempengaruhi pasar ekuitas global termasuk Indonesia. Institute for Supply Management (ISM) melaporkan angka Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur AS periode September berada di posisi 47,8.
Ini merupakan capaian terendah Negeri Paman Sam sejak Juni 2009. Indeks PMI manufaktur AS turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,1.
Namun demikian, ia menilai secara teknikal level 6.000 masih cukup aman bagi indeks lantaran merupakan level psikologis IHSG. Jika IHSG berhasil dijaga pada level 6.000 maka terdapat potensi penguatan ke level 6.500 hingga akhir tahun.
Sebaliknya, jika IHSG meninggalkan level psikologis itu, ia memprediksi IHSG bisa jatuh lebih dalam ke posisi 5.970 bahkan 5.800.
“Target IHSG hingga akhir tahun sementara 6.000 dulu selama beberapa hari. Tapi, kalau tidak kuat mungkin kami akan revisi ke 5.800 untuk jangka menengah,” ujarnya.
Ditemui dalam kesempatan berbeda, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo menuturkan laju IHSG dipengaruhi oleh sentimen global. Ia memprediksi akibat ketidakpastian global tersebut pelaku pasar memilih untuk melarikan modalnya dari pasar modal Indonesia, salah satunya ke pasar Eropa. (cnn)
Discussion about this post