[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Nilai tukar rupiah menguat tipis ke posisi Rp14.038 per dolar AS atau sebesar 0,21 persen pada perdagangan pasar spot Jumat (6/12) sore. Sebelumnya, kurs mata uang garuda berada di posisi Rp14.068 per dolar AS pada penutupan perdagangan, Kamis (5/12).
Kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.037 per dolar AS atau menguat dibandingkan posisi Kamis (5/12/), yakni Rp14.094 per dolar AS.
Sore hari ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Tercatat ringgit Malaysia menguat 0,21 persen, yuan China 0,15 persen, peso Filipina 0,14 persen, dan baht Thailand sebesar 0,13 persen.
Yen Jepang juga menguat 0,13 persen, Won Korea dan dolar Singapura yang sama-sama menguat 0,04 persen, serta dolar Taiwan sebesar 0,03 persen terhadap dolar AS.
Pelemahan terjadi pada lira Turki sebesar 0,17 persen, dan rupee India sebesar 0,16 persen. Hanya dolar Hong Kong yang bergerak stagnan dan tak bergerak terhadap dolar AS.
Kemudian di negara maju, mayoritas nilai tukar bergerak secara bervariasi terhadap dolar AS. Terpantau poundsterling Inggris melemah 0,17 persen, dan dolar Kanada melemah tipis 0,02 persen. Penguatan terjadi pada euro yang menguat 0,03, dan dolar Australia yang menguat sebesar 0,13 persen terhadap dolar AS.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai penguatan rupiah disebabkan oleh sentimen isu kesepakatan dagang antara AS dan China yang membaik.
“Presiden AS Donald Trump tetap optimistis dan mengatakan pembicaraan terus bergerak (maju),” tutur Ibrahim.
Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa negosiasi dengan China akan berjalan sangat baik pada Kamis (5/12) malam, walaupun sebumnya ia menyebut kesepakatan untuk mengakhiri sengketa perdagangan akan ditunda sampai pemilihan presiden Amerika pada November 2020.
Selain itu, lanjut Ibrahim, sentimen tersebut juga diperkuat oleh nilai dolar yang melemah akibat analisis rilis laporan yang memperkirakan tidak ada kemajuan dari jumlah tenaga kerja AS.
“Pasar menunggu rilis laporan tenaga kerja AS terbaru. Analis memperkirakan laporan pekerjaan menunjukkan tingkat pengangguran diproyeksikan tetap stabil di 3,6 persen, atau tidak berubah dari Oktober,” ucapnya.
Tak hanya itu, Ibrahim juga menyebut penguatan nilai rupiah juga terbantu dari sentimen domestik, dengan positifnya data cadangan devisa pada November, dan data ekonomi kuartal IV yang dinilainya membaik.
Diketahui, cadangan devisa Indonesia pada November mencapai US$126,6 miliar. Angka tersebut menurun dibandingkan dengan posisi Oktober yakni US$126,7 miliar.
“Dengan stabilitas makroekonomi yang stabil, maka mata uang garuda di akhir pekan ini menguat cukup tajam,” tandasnya.
Lebih lanjut, Ibrahim memprediksi bahwa dalam perdagangan pekan depan, rupiah kemungkinan masih akan terus menguat di level Rp14.010 hingga Rp14.060 per dolar AS.(cnn)
Discussion about this post