KeuanganNegara.id- Nilai tukar rupiah tercatat di posisi Rp14.165 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Kamis (26/9) sore. Posisi ini melemah 0,1 persen dibanding perdagangan Rabu (25/9) sore yakni Rp14.152 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.162 per dolar AS atau melemah dibanding kemarin yakni Rp14.134 per dolar AS. Pada hari ini, rupiah berada di rentang Rp14.150 per dolar AS hingga Rp14.165 per dolar AS.
Mayoritas mata uang utama Asia melemah terhadap dolar AS. Yuan China melemah 0,05 persen, baht Thailand melemah 0,08 persen, ringgit Malaysia melemah 0,1 persen dan dolar Singapura melemah 0,15 persen.
Sementara itu, terdapat pula mata uang yang menguat terhadap dolar AS seperti rupee India 0,06 persen, yen Jepang 0,12 persen, dan peso Filipina sebesar 0,15 persen. Di sisi lain, won Korea Selatan dan dolar Hong Kong stagnan terhadap dolar AS.
Mata uang negara maju seperti dolar Australia menguat 0,11 persen, namun euro melemah 0,03 persen dan poundsterling Inggris melemah 0,15 persen terhadap dolar AS.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pasar mengantisipasi data penting seperti rilis data final pertumbuhan ekonomi kuartal II 2019 yang akan dirilis pada Kamis (26/9). Sebelumnya pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II 2019 hanya 2 persen atau melambat dibanding kuartal sebelumnya yakni 3,1 persen.
Tak hanya itu, pelaku pasar juga mengantisipasi data peredaran uang dan pertumbuhan utang sektor swasta dari Bank Sentral Eropa.
Kemudian, indeks dolar AS yang menguat juga disebabkan oleh komentar Presiden AS Donald Trump bahwa dialog perang dagang antara AS dan China berjalan dengan mulus. Bahkan, ia sesumbar kesepakatan damai bisa terwujud lebih cepat dari yang diharapkan.
“Komentar itu disampaikan hanya sehari setelah dia menuduh China mencuri kekayaan intelektual dan rahasia dagang AS yang meredam optimisme pemulihan hubungan jangka pendek antara kedua negara,” tutur Ibrahim. (cnn)
Discussion about this post