[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2020 masih berada di atas 4 persen. Ia memprediksi pertumbuhan ekonomi di tengah wabah Covid-19 ini masih di kisaran 4,5 sampai 4,6 persen.
Meski demikian, Sri Mulyani mengakui angka ini tetap lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama tahun lalu yang sekitar 5,07 persen. Menurut dia, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan kinerja ekonomi triwulan I 2020 masih bisa berada di atas 4 persen. Salah satunya karena kinerja sektor konsumsi dan investasi masih positif sepanjang Januari dan Februari 2020. Baru pada minggu kedua Maret 2020, kinerjanya mulai tertekan.
Selain itu pada Rabu, 15 April 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat eksporsepanjang triwulan I 2020 masih tumbuh 2,91 persen. Nilai ekspor naik dari US$ 40,61 miliar pada triwulan I 2019 menjadi US$ 41,79 miliar pada triwulan I 2020. Lalu, neraca perdagangan pun juga masih bisa surplus US$ 2,62 miliar sepanjang Januari hingga Maret 2020.
Akan tetapi, Sri Mulyani mengatakan angka proyeksi 4,5 sampai 4,6 ini tidak mencerminkan tren ke depan. Sehingga, ia pun meyakini angka pertumbuhan ini akan berubah sangat cepat pada triwulan II 2020. Ini adalah dampak dari berlanjutnya kebijakan Work From Home (WFH) dan meluasnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) terkait wabah corona.
Oleh sebab itu, Sri Mulyani masih akan melihat apakah dampak ekonomi beberapa bulan ke depan. Apakah akan berlangsung sampai triwulan II saja, lalu mulai membaik pada triwulan III 2020, atau masih akan stagnan sampai akhir tahun. “Ini yang sulit untuk bikin forecast tahun ini,” kata dia. (msn)
[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2020 masih berada di atas 4 persen. Ia memprediksi pertumbuhan ekonomi di tengah wabah Covid-19 ini masih di kisaran 4,5 sampai 4,6 persen.
Meski demikian, Sri Mulyani mengakui angka ini tetap lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama tahun lalu yang sekitar 5,07 persen. Menurut dia, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan kinerja ekonomi triwulan I 2020 masih bisa berada di atas 4 persen. Salah satunya karena kinerja sektor konsumsi dan investasi masih positif sepanjang Januari dan Februari 2020. Baru pada minggu kedua Maret 2020, kinerjanya mulai tertekan.
Selain itu pada Rabu, 15 April 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat eksporsepanjang triwulan I 2020 masih tumbuh 2,91 persen. Nilai ekspor naik dari US$ 40,61 miliar pada triwulan I 2019 menjadi US$ 41,79 miliar pada triwulan I 2020. Lalu, neraca perdagangan pun juga masih bisa surplus US$ 2,62 miliar sepanjang Januari hingga Maret 2020.
Akan tetapi, Sri Mulyani mengatakan angka proyeksi 4,5 sampai 4,6 ini tidak mencerminkan tren ke depan. Sehingga, ia pun meyakini angka pertumbuhan ini akan berubah sangat cepat pada triwulan II 2020. Ini adalah dampak dari berlanjutnya kebijakan Work From Home (WFH) dan meluasnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) terkait wabah corona.
Oleh sebab itu, Sri Mulyani masih akan melihat apakah dampak ekonomi beberapa bulan ke depan. Apakah akan berlangsung sampai triwulan II saja, lalu mulai membaik pada triwulan III 2020, atau masih akan stagnan sampai akhir tahun. “Ini yang sulit untuk bikin forecast tahun ini,” kata dia. (msn)
Discussion about this post