[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Pertumbuhan angkatan kerja Amerika Serikat (Non-Farm Payroll/NFP) sepanjang 2019 hanya 2,1 juta tenaga kerja. Pertumbuhan ini melambat dibandingkan 2018 lalu yang mencapai 2,7 juta tenaga kerja.
Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja per Desember 2019 juga melambat hanya 145 ribu tenaga kerja. Padahal, dalam tiga bulan terakhir rata-rata ada penambahan sekitar 184 ribu per bulan.
“Dalam pandangan kami, pasar tenaga kerja tetap sehat pada 2020, tetapi pertumbuhan pekerjaan akan turun,” ungkap Nela Richardson selaku Ahli Strategi Investasi di Edward Jones.
Sepanjang 2019, pekerja di sektor manufaktur hanya bertambah sebanyak 46 ribu, dan di sektor konstruksi hanya meningkat 151 ribu atau setengah dari realisasi 2018 lalu.
Data ketenagakerjaan AS mencatat jumlah pekerja di sektor ritel bertambah sebanyak 41 ribu tenaga kerja pada Desember 2019, sementara di sektor manufaktur justru turun 12 ribu.
Selain itu, pertumbuhan upah pada Desember 2019 juga di bawah ekspektasi. Biro Statistik Tenaga Kerja mencatat rata-rata kenaikan upah hanya 2,9 persen, di bawah estimasi yang mencapai 3,1 persen.
Beruntung, inflasi di AS juga rendah. Dengan begitu, kenaikan upah yang di bawah ekspektasi tetap dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga di AS.
The Fed juga telah memangkas suku bunga acuan sebanyak tiga kali pada 2019 lalu sehingga perekonomian Paman Sam tetap terjaga.
“The Fed tampaknya nyaman dengan sikap netral dan akan mempertahankan suku bunga untuk masa datang, sekitar tiga hingga enam bulan,” kata Pedagang Valas Senior di Silicon Valley Bank Minh Trang. (cnn)
Discussion about this post