[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id-Awal 2020 ini terlihat suram bagi Tiongkok. Suasana pulang kampung untuk merayakan Tahun Baru Imlek tak terasa lebih 50 juta warganya dikarantina akibat wabah virus corona. Kegiatan konsumsi melemah. Tak ada yang membeli hadiah untuk sanak saudara atau makan bersama, apalagi berlibur.
Laporan LA Times menyebut kedai kopi Starbucks di negara itu banyak yang tutup. Jumlahnya lebih 4 ribu toko. Ikea juga tak beroperasi di 30 outlet-nya di China. Gerai makanan cepat saji McDonald menutup ratusan restorannya di provinsi tempat virus itu pertama kali ditemukan, Hubei.
Jumlah pengunjung tempat berjudi di Macau pada Januari lalu turun 80% dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor pariwisata Tiongkok langsung melambat pada awal tahun tikus logam ini.
Sejak Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menetapkan status gawat darurat global untuk wabah virus corona pada pekan lalu, dunia mulai siaga. Bukan hanya soal penyebaran penyakitnya tapi juga dampaknya terhadap perekonomian dunia.
Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Australia dan Singapura, menerapkan larangan bagi warganya memasuki China. Di sisi lain, Beijing juga memerintahkan puluhan juta warganya untuk tidak keluar rumah.
Lembaga pemeringkat Moody’s menyebut munculnya virus bernama 2019-nCoV itu sebagai angsa hitam alias peristiwa langka yang berdampak besar dan di luar prediksi. Sebutan ini mengacu pada Teori Angsa Hitam yang ditulis oleh Nassim Nicholas Taleb dalam bukunya The Black Swan pada 2007.
Dalam laporan yang berjudul Coronavirus May Be a Black Swan Like No Other, kondisi sekarang tak seperti krisis ekonomi 2008-2009 yang terprediksi sebelumnya. “Harapan pertumbuhan ekonomi dunia berada di level 3,3% pada 2020, sekarang dihadang oleh virus corona,” tulis laporan itu.
Pada Senin lalu, lantai bursa saham Shanghai dibuka anjlok 9%. Penurunannya merupakan yang terparah sejak Agustus 2015. Banyak analis memprediksi pertumbuhan negara dengan perekonomian kedua terbesar di dunia itu akan mendekati 5%, turun dari prediksi sebelumnya di 6%. Sektor manufaktur dan pariwisatanya diperkirakan akan melambat.
Wuhan, kota tempat awal mula wabah terjadi, merupakan pusat sektor manufaktur otomotif negara itu. Produsen mobil, seperti General Motors dan Honda, memiliki pabrik di sana. Kontribusi kota ini mencapai 1,6% dari perekonomian Tiongkok.
Disrupsi ini terjadi di saat Beijing berusaha keluar dari perlambatan ekonomi 2019 akibat perang dagang dengan Amerika Serikat. Wakil Perdana Menteri Liu He pada 15 Januari lalu menandatangani kesepakatan dagang tahap pertama dengan Presiden AS Donald Trump. Langkah tersebut menjadi sinyal awal penyelesaian perang dagang di antara kedua negara.
Namun, tekanan ekonomi negara itu tampaknya memburuk karena virus corona Wuhan. Per 4 Februari 2020, jumlah yang terinfeksi telah lebih dari 20 ribu orang di 27 negara. Sebanyak 730 kasus dinyatakan sembuh. Korban tewas mencapai 427 orang. Sebagian besar pasien yang tewas berasal dari Tiongkok. Ada 2 orang yang wafat di luar negara itu, yaitu Hong Kong dan Filipina.
Sekitar 17 tahun lalu, Tiongkok juga pernah mengalami kondisi serupa. Ketika itu virus pernapasan akut parah atau SARS mewabah. Perekonomiannya, terutama di Hong Kong, tertekan. Tapi bedanya, China masih bergantung pada sektor industri, bukan konsumsi seperti sekarang.
Konsumsi menopang hampir sepertiga ekonomi China saat ini. Dengan wabah virus corona, banyak analis memprediksi akan sulit konsumen dapat segera pulih. Prosesnya tak akan secepat ketika SARS terjadi pada 2002-2003.
Perekonomian Tiongkok pada saat wabah SARS terjadi juga tidak sebesar sekarang. Posisinya sekarang sebagai salah satu raksasa ekonomi dunia membuat perlambatan sekecil apa pun akan berdampak terhadap negara-negara lainnya.
Dari grafik Databoks di bawah ini, terlihat kecepatan virus 2019-nCoV dalam menginfeksi manusia sangat tinggi. Namun, tingkat kematiannya terendah dibandingkan penyakit akibat virus corona lainnya, seperti SARS dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS).
Virus corona Wuhan membunuh satu per 50 orang yang terinfeksi. Sementara SARS perbandingannya 1 banding 10 orang. Lalu, MERS memiliki tingkat kematian tertinggi, yaitu 17 per 50 orang yang terinfeksi.
Langkah Pemerintah Indonesia Hadapi Virus Corona
Pemerintah mulai mewaspadai gejala perlambatan ekonomi global. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan sektor yang akan terdampak salah satunya adalah pariwisata. Per hari ini, Rabu (5/2), pukul 00.00 WIB, Indonesia menutup penerbangan dari dan ke Tiongkok.
Jumlah wisman dari negara itu yang datang ke Tanah Air berada di posisi kedua terbesar setelah Malaysia. Badan Pusat Statistik atau BPS menghitung ada sekitar 160 ribu wisman China pada Oktober 2019. “Pasti terkait industri pariwisata, penerbangan. Semua orang membatalkan perjalanan,” kata Airlangga pada Senin lalu.
Sektor industri pun akan terkena dampak virus corona. Pasalnya, beberapa industri dalam negeri menerima pasokan bahan baku dari Negeri Panda.
Nilai ekspor domestik kemungkinan besar akan merosot. Sepanjang Januari-November 2019, Indonesia mengekspor komoditas ke Tiongkok senilai US$ 25,4 miliar. Angka ini lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya di US$ 27,1 miliar. Komoditas ekspor utamanya adalah batu bara, minyak bumi, minyak kelapa sawit, besi, baja, tembaga, nikel, dan bubur kayu.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia mengatakan wabah yang sudah menjadi pandemik tersebut akan mengganggu investasi domestik. Tiongkok saat ini merupakan investor terbesar ketiga setelah Singapura dan Jepang.
Sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona, pemerintah akan menghentikan sementara impor hewan hidup dari Tiongkok. Produk yang sudah dikirim ke Indonesia akan dikembalikan.
Tiongkok merupakan salah satu importir hewan hidup terbesar Indonesia. Nilai impornya mencapai US$ 348 ribu pada 2018. Angka itu di atas Bahrain, Italia, dan Malaysia dalam peringkat sepuluh besar.
Pemerintah tidak akan menyetop impor barang lainnya dari negara itu. Produk holtikulutra, seperti bawang putih dan buah-buahan, masih dapat masuk ke Indonesia.
Kemarin, Presiden Joko Widodo meminta para menteri untuk menghitung dengan cermat dampak pandemik virus corona Wuhan. “Perlu dikalkulasi secara cermat dampaknya ke sektor perdagangan, investasi, dan pariwisata,” kata Jokowi.
Selain itu, Jokowi memerintahkan jajarannya untuk memanfaatkan peluang ekspor yang sedang ditinggalkan sementara oleh Tiongkok. Sektor industri bisa menggenjot produksi berbagai barang yang selama ini diimpor dari negara itu. (msn)
Discussion about this post