[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menargetkan angka kemiskinan turun hingga ke level 9,2 persen akhir 2021. Selain memberikan bantuan sosial Covid-19, pemerintah akan mengandalkan program pemilihan ekonomi nasional untuk pelaku UMKM.
Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial Bappenas Maliki menyebutkan langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memulihkan kemampuan ekonomi masyarakat miskin rentan. Bantuan sosial hingga 6 bulan ke depan, menurut dia, akan efektif membantu meringankan beban pengeluaran masyarakat miskin.
Selain itu, kata Maliki, ada program pemulihan ekonomi untuk pelaku UMKM. Ia yakin dengan kombinasi itu, perekonomian tak hanya pulih tetapi juga loncat membaik dan target rencana pembangunan menengah nasional (RPJMN) dapat dikejar.
Lebih jauh Maliki menjelaskan bahwa di awal tahun ini pemerintah harus melakukan pemutakhiran data orang miskin (data terpadu kesejahteraan sosial/DTKS) secara menyeluruh. Strategi itu untuk meningkatkan akurasi penerima bansos.
Dengan peningkatan akurasi itu pula, menurut dia, loncatan di bidang ekonomi bisa terjadi. Integrasi bantuan sosial melalui program reformasi perlindungan sosial harus disiapkan dan dijalankan tahun ini.
“Jadi target kemiskinan di tahun 2021 masih transisi yaitu 9,2 persen sampai 9,7 persen pada akhir 2021,” kata Maliki akhir pekan lalu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penduduk miskin pada September 2020 sebanyak 27,55 juta jiwa atau meningkat 2,76 juta dibandingkan tahun sebelumnya. Pada periode September 2020, tingkat kemiskinan menjadi 10,19 persen atau meningkat 0,97 poin persentase (pp) dari 9,22 persen periode September 2019.
Dampak pandemi ini mulai dirasakan pada kuartal I tahun 2020 yaitu persentase penduduk miskin naik menjadi 9,78 persen atau naik 0,37 pp dari Maret 2019. Secara jumlah orang, penduduk miskin pada September 2020 sebesar 27,55 juta orang atau meningkat 2,76 juta orang dibandingkan tahun lalu.
Sementara itu, secara spasial, persentase penduduk miskin perdesaan per September 2020 naik menjadi 13,20 persen dari 12,6 persen pada September 2019. Persentase penduduk miskin perkotaan naik menjadi 7,88 persen dibandingkan September 2019 yang hanya sebesar 6,56 persen. Hal ini terjadi karena adanya penurunan aktivitas ekonomi di seluruh wilayah, terutama di perkotaan.
Adapun tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh rasio gini adalah sebesar 0,385 per September 2020. Angka ini meningkat 0,005 poin ketimbang per September 2019 yang sebesar 0,380.
Pemerintah, kata Maliki, sebelumnya telah memprediksi tingkat kemiskinan akan meningkat akibat pandemi Covid-19. “Tanpa adanya intervensi bantuan sosial melalui program pemulihan ekonomi nasional (PEN) akan meningkatkan penduduk miskin jauh lebih besar, yaitu sekitar 4 juta,” ucapnya.(msn)
Discussion about this post