Keuangan Negara
  • Hot News
  • Internasional
  • Nasional
  • Daerah
  • BUMN & BUMD
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • E-commerce
    • Finansial
  • Hukum
    • Daftar
    • Pemeriksaan
    • Pengadilan
  • Investasi
  • Dasar Pengetahuan
No Result
View All Result
  • Hot News
  • Internasional
  • Nasional
  • Daerah
  • BUMN & BUMD
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • E-commerce
    • Finansial
  • Hukum
    • Daftar
    • Pemeriksaan
    • Pengadilan
  • Investasi
  • Dasar Pengetahuan
  • Login
  • Register
No Result
View All Result
Keuangan Negara
No Result
View All Result
Home Nasional

‘Berkah’ Pandemi: Komposisi Kepemilikan Surat Utang Negara Lebih Sehat

Keuangan Negara IndonesiabyKeuangan Negara Indonesia
2021-01-13
inNasional
Reading Time: 4 mins read
AA
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

KeuanganNegara.id -Pandemi Covid-19 yang merebak di Indonesia dan berbagai negara sejak kuartal pertama 2020 membuat investor berbondong-bondong kabur dari Indonesia. Efeknya, porsi kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara pada tahun lalu anjlok. Namun, justru lebih sehat untuk rupiah.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pembiyaaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan, porsi kepemilikan asing di surat utang negara pada akhir tahun lalu turun dari 38,75% menjadi 25,16%. Porsi kepemilikan asing ini merupakan yang terendah sejak 2009. Porsi kepemilikan asing sejak 2010 selalu berada di atas 30%, bahkan nyaris mencapai 40% pada akhir 2017.

Secara nominal, jumlah surat utang yang digenggam asing pada akhir tahun lalu juga turun dari Rp 1.061,86 triliun menjadi Rp 973,1 triliun. Total surat utang pemerintah yang beredar hingga Desember 2020 mencapai Rp 3.870,76 triliun, naik lebih dari Rp 1.000 triliun dibandingkan akhir 2019 Rp 2.752,9 triliun.

Dari total surat utang yang beredar kini kepemilikan paling banyak digenggam oleh perbankan mencapai 35,54% pada akhir tahun lalu, naik dibandingkan tahun sebelumnya 21,12%. Jumlah surat yang digenggam asing mencapai Rp 1.375,57 triliun, melonjak lebih dari dua kali lipat dari Rp 581,37 triliun.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, rendahnya kepemilikan asing pada tahun 2020 disebabkan oleh aliran keluar sebesar $4,68 miliar dari pasar obligasi. Arus modal keluar ini seiring meningkatnya sentimen risk-off di pasar negara berkembang akibat meledaknya pandemi di bulan Maret.

Namun sejak kuartal keempat tahun lalu, mulai ada aliran modal asing. Sentimen vaksin, menurut Josua, membuat investor mulai melirik aset-aset berisiko, termasuk surat utang negara emerging market. “Aliran masuk ini akan berlanjut pada 2021, terutama jika vaksin sudah didistribusikan ke mayoritas masyarakat,” ujar Josua.

Berdasarkan data DJPPR, porsi kepemilikan asing pada awal 2021 naik tipis menjadi 25,25%. Secara nominal, surat utang yang digenggam asing hingga 5 Januari 2021 bertambah Rp 5,8 triliun dibandingkan akhir Desember 2020 menjadi Rp 978,99 triliun. Meski demikian, pemerintah pada pekan pertama 2021 telah menerbitkan surta utang global sebesar US$ 3 miliar dan 1 miliar euro atau setara Rp 58 triliun.

Di sisi lain, Josua memperkirakan sektor perbankan masih akan melanjutkan tren pembelian SBN pada tahun ini karena pertumbuhan kredit yang diperkirakan baru pulih menjelang akhir tahun. OJK sebelumnya memproyeksi kredit tahun ini hanya akan tumbuh 6% hingga 7%.

“Dengan likuiditas yang ample dan sektor riil yang belum pulih, perbankan akan cenderung mendistribusikan dananya ke SBN. Namun, penambahannya tidak akan sesignifikan pada tahun lalu,” katanya.

Josua pun memperkirakan kepemilikan SBN masih akan didominasi perbankan pada tahun depan meski porsinya berpotensi menurun seiring kepemilikan asing yang kemungkinan meningkat.

Kepala Ekonom BCA David Sumual menilai porsi kepemilikan asing yang kini mencapai 25% dari total surat berharga negara lebih sehat, terutama bagi stabilitas rupiah. “Kepemilikan asing kita sebelumnya agak tinggi, bahkan pernah hampir mencapai 40%. Efeknya, signifikan terhadap rupiah ketika mereka menarik dananya saat ada gejolak,” kata David.

Mengutip data Bloomberg,rupiah sempat anjlok hingga ke level Rp 16.575 per dolar AS di awal pandemi dan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar pada Maret 2020. Padahal pada dua bulan pertama tahun lalu, rupiah stabil di bawah Rp 14.000 per dolar AS. Rupiah bahkan sempat menyentuh Rp 13.582 per dolar AS pada 24 Januari seiring kepemilikan asing yang mencatatkan rekor tertinggi secara nominal pada SBN mencapai Rp 1.092 triliun.

Porsi kepemilikan asing yang selalu berada di atas 30% pada 2010 hingga 2019, menurut David, juga lebih tinggi dibandingkan dengan sejumlah negara tetangga seperti Malayisa, Thailand, dan Singapura. Tak heran, rupiah lebih mudah terpengaruh oleh sentimen global.

“Porsi kepemilikan asing 25% seperti saat ini saya rasa sudah cukup ideal. Sekarang kan juga sudah ada Indonesia Investment Authority, investasi asing kita harapkan lebih banyak masuk ke sana dibandingkan ke instrumen portofolio,” katanya.

Untuk menjaga agar kepemilikan asing tak menggu stabilitas rupiah, David menyarankan agar pemerintah lebih selektif dalam memilih investor asing yang disasar. Hal ini dapat dilakukan saat menggelar roadshow saat berencana menerbitkan surat utang. “Ada beberapa tipe investor yang oreientasinya jangka panjang. Ini yang harus disasar pemerintah.” katanya.

Pemerintah pada tahun ini harus menutup defisit anggaran mencapai Rp 1.009 triliun atau 5,7% terhadap PDB yang akan dipenuhi melalui pembiayaan utang Rp 1.177,4 triliun. Target pembiyaan utang tersebut merupakan penarikan secara neto atau setelah dikurangi dengan pembayaran cicilan pokok atau utang yang jatuh tempo.

Adapun dari total utang yang akan ditarik pada 2021, 80% hingga 85% akan berasal dari pembiayaan rupiah, sedangkan 15% hingga 20% dalam denominasi valuta asing. Dari masing-masing surat utang yang diterbitkan dalam denominasi rupiah maupun valas, 27% hingga 32% akan diterbitkan dalam bentuk surat berharga syariah atau sukuk.

Ekonom Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi memperkirakan perbankan masih akan mendominasi kepemilikan SBN pada tahun ini, meski kepemilikan asing akan meningkat. Aliran modal asing berpotensi mengalir deras ke Indonesia dan masuk ke instrumen-instrumen portofilio karena likuiditas global yang melimpah akibat kebijakan moneter ekspansif di banyak negara, terutama negara-negara maju.

“Namun, perbankan kemungkinan akan tetap banyak menempatkan dana di SBN karena pertumbuhan kredit yang masih akan lambat. Ini sebenarnya sudah terjadi sejak sebelum pandemi dan diperparah sejak adanya wabah,” katanya.

Menurut Eric, porsi kepemilikan asing terhadap surat utang pemerintah tidak boleh terlalu besar, apalagi kembali ke level sebelum pandemi. Kepemilikan asing yang rendah pada surat utang pemerintah dapat menjaga rupiah bergerak lebih stabil. “Pasar SBN sebaiknya tumbuh dengan mendorong lebih banyak investor lokal, terutama investor institusional seperti perbankan, dana pensiun, dan asuransi,” ujarnya. (msn)

Share this:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
Previous Post

Luhut Sambut Menlu China di Toba Hari Ini, Besok Bertemu Menlu dan Presiden Jokowi

Next Post

Bahan Baku Vaksin COVID-19 Sinovac Bertambah 15 Juta

Keuangan Negara Indonesia

Keuangan Negara Indonesia

Keuangan Negara provides the latest economic, business, e-commerce, start-up, stock market, financial and all entrepeneur news from around Indonesia.

Next Post

Bahan Baku Vaksin COVID-19 Sinovac Bertambah 15 Juta

Discussion about this post

Stay Connected

  • Trending
  • Comments
  • Latest

Gaji Terusan

2018-04-26

Siklus Anggaran

2018-04-26

Menu-menu pada Aplikasi OM-SPAN

2018-04-26

Laporan Operasional

2018-04-26

Kenapa Anda Baru Ribut Soal Utang Indonesia Sekarang? 42 Tahun Anda Kemana?

0

Jokowi Targetkan Kemudahan Berbisnis 40 Besar Dunia Tahun 2019

0

Presiden Jokowi: APBN-P 2017, Prioritaskan Program Yang Berdampak Langsung Bagi Masyarakat

0

Menkeu: Capai Target Sekaligus Jaga Iklim Bisnis

0

Kemenkeu Sebut Program Tapera Bisa Diikuti Peserta yang Punya Rumah

2021-06-30

Ramalan BI soal Tapering Off The Fed dan Siasat Mengantisipasinya

2021-06-30

OJK Pastikan Pinjol Legal Tidak Bisa Akses Kontak dan Galeri HP Debitur

2021-06-30

SKK Migas: Tujuh Proyek Hulu Migas Senilai Rp 21,12 Triliun Rampung

2021-06-30

Recent News

Kemenkeu Sebut Program Tapera Bisa Diikuti Peserta yang Punya Rumah

2021-06-30

Ramalan BI soal Tapering Off The Fed dan Siasat Mengantisipasinya

2021-06-30

OJK Pastikan Pinjol Legal Tidak Bisa Akses Kontak dan Galeri HP Debitur

2021-06-30

SKK Migas: Tujuh Proyek Hulu Migas Senilai Rp 21,12 Triliun Rampung

2021-06-30

Tentang Keuangan Negara

Keuangan Negara menyajikan berita terbaru keuangan negara, ekonomi, bisnis, e-commerce, start-up, finansial, dan entrepreneur yang bersumber dari berbagai situs dan narasumber resmi

Follow Us

Menjadi Penulis

Keuangan Negara membuka kesempatan kepada siapapun dengan latar belakang apapun untuk bergabung menjadi kontributor.

Bagi yang ingin bergabung menulis, kirimkan contoh artikelnya ke email [email protected]

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi halaman berikut ini.

Telusuri Berdasarkan Kategori

  • Artikel
  • Bisnis
  • BUMN & BUMD
  • Daerah
  • Daftar
  • Dasar Pengetahuan
  • E-commerce
  • Ekonomi
  • Finansial
  • Hot News
  • Hukum
  • Internasional
  • Investasi
  • Nasional
  • Pemeriksaan
  • Pengadilan
  • Tanya & Jawab
  • Tentang Kami
  • Menjadi Penulis
  • Pedoman Media Siber
  • Hubungi Kami
  • Advertising

© 2017 Keuangan Negara

No Result
View All Result
  • Hot News
  • Internasional
  • Nasional
  • Daerah
  • BUMN & BUMD
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • E-commerce
    • Finansial
  • Hukum
    • Daftar
    • Pemeriksaan
    • Pengadilan
  • Investasi
  • Dasar Pengetahuan
  • Login
  • Sign Up

© 2017 Keuangan Negara

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In