[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah sampai akhir tahun masih lemah atau undervalued. Meski begitu, bank sentral akan tetap mengambil sejumlah langkah agar kurs rupiah tetap stabil.
Perry menjelaskan setidaknya ada tiga penyebab nilai tukar rupiah masih akan melemah. “Karena inflasi kita rendah, defisit transaksi berjalan rendah, dan ekonomi kita yang membaik,” katanya pada rapat dengar pendapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu, 2 Juni 2021.
Lebih jauh, Perry memastikan bahwa Bank Indonesia akan terus mengupayakan agar rupiah stabil. Hingga kuartal pertama tahun 2021, rata-rata kurs rupiah berada di level Rp 14.264 per dolar AS.
Sedangkan secara keseluruhan pada tahun 2021, menurut Perry, nilai tukar akan berada pada kisaran angka Rp 14.200 sampai Rp 14.600 per dolar AS. Kisaran kurs tersebut yang dinilai Perry masih lemah.
Namun demikian, kata Perry, masih ada potensi rupiah menguat di tengah ketidakpastian dan risiko dari sisi global. Salah satunya berasal dari kenaikan yield United States treasury (UST). Hal tersebut juga dinilai berdampak baik pada pasar keuangan global.
Tarik-menarik dua faktor positif dan negatif ini yang kemudian mendorong BI memperkirakan nilai tukar pada tahun depan bakal berada di kisaran Rp 14.100 sampai Rp 14.500 per dolar AS. “Ini masih menguat dari 2021. Tentu karena ketidakpastian global penguatannya tidak seperti mengarah betul ke fundamental,” kata Perry.
Selain membahas nilai tukar rupiah, Gubernur BI dalam pemaparannya ke DPR juga menyoroti soal perbaikan ekonomi yang mulai terlihat. Hal tersebut mengacu pertumbuhan ekonomi pada kuartal I tahun 2021 yang lebih optimistis dari periode sebelumnya dan akan berlanjut hingga akhir tahun. Bank Sentral memperkirakan ekonomi pada 2021 antara 4,1 persen sampai 5,1 persen.
Discussion about this post