[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
KeuanganNegara.id -Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Sugeng mendorong negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam(OKI) mengadopsi digitalisasi dalam perekonomian negara tersebut. Dengan langkah ini, Sugeng optimistis ekonomi dan keuangan Islam bisa menjadi gelombang baru dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, baik secara nasional maupun global.
“Saya pikir ini relevan dan tepat, terutama dalam situasi pandemi covid-19 dan krisis ekonomi global yang terjadi sekarang ini,” ujar Sugeng dalam rangkaian acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 7th secara virtual di Jakarta.
Sugeng menyadari kehadiran internet membuat aktivitas ekonomi dan keuangan mengarah pada penerapan digitalisasi. Selain itu, mewabahnya pandemi covid-19 semakin mendorong kegiatan ekonomi dengan cara tanpa kontak fisik.
“Digitalisasi tersebut penting untuk mendapatkan manfaat yang maksimal di era baru ini. Negara OKI perlu gesit dan mulai bergerak dan mulai mengintegrasikan ekonomi dan keuangan Islam dengan pendekatan digitalisasi,” tegasnya.
Apalagi, lanjutnya, ekonomi dan keuangan Islam memiliki potensi besar untuk diintegrasikan dengan digitalisasi. Saat ini, ruang lingkup ekonomi dan keuangan Islam mencakup rantai pasok industri halal, media dan rekreasi halal, pariwisata ramah muslim, farmasi dan kosmetik halal, hingga keuangan sosial dan komersial syariah.
Berdasarkan laporan Global Islamic Economy 2019-2020, nilai konsumsi ekonomi Islam global di sektor ini diperkirakan mencapai lebih dari USD3 triliun pada 2024 mendatang. Angka ini naik 45 persen bila dibandingkan periode 2018 yang hanya sebesar USD2,2 triliun.
“Pengeluaran besar-besaran di berbagai sektor ekonomi dan keuangan Islam jika diintegrasikan dengan digitalisasi akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru,” tegasnya.
Di sisi lain, negara-negara yang penduduknya bukan mayoritas muslim justru ikut memanfaatkan besarnya potensi ekonomi dan keuangan syariah tersebut. Thailand, Korea Selatan, dan Tiongkok sudah mulai melirik untuk merebut potensi itu.
Thailand misalnya, Negeri Gajah Putih itu mulai serius menggarap potensi ekonomi dan keuangan syariah global dengan mendeklarasikan diri sebagai negara dapur halal dunia. Pun demikian dengan Korea Selatan yang berbenah diri untuk menjadi negara tujuan wisata ramah muslim.
Sementara Tiongkok mengincar potensi ekonomi dan keuangan syariah dunia dengan menggarap dan menghasilkan sebagian besar produk fesyen muslim. Bahkan Negeri Tirai Bambu itu menjual produk-produk tersebut melalui platform digital.
“Oleh sebab itu, negara-negara OKI tidak boleh ketinggalan menggarap besarnya potensi ekonomi dan keuangan syariah dunia tersebut,” pungkas Sugeng.(msn)
Discussion about this post